EmitenNews.com - Apabila pandemi Covid-19 dapat dikendalikan dan target herd immunity dapat tercapai, Kementerian Keuangan memperkirakan perekonomian bisa tumbuh 5,2 sampai 5,8 persen pada tahun 2022.


"Pertumbuhan tersebut juga dapat tercapai apabila aktivitas produksi mulai normal, konsumsi masyarakat pulih dan mencapai kisaran 5 persen," kata Staf Ahli Menteri Keuangan, Dr Halim Alamsyah dalam siaran persnya, Jumat (14/1).


Menurut ekonom Universitas Islam Indonesia (UII) pemerintah perlu mengimplementasikan reformasi struktural guna mendorong arus investasi masuk yang diarahkan pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi serta berorientasi ekspor.


"Investasi ini juga perlu diprioritaskan untuk sektor-sektor yang menciptakan banyak lapangan kerja berkualitas," kata Halim yang juga mantan Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).


Halim menyebut terdapat tiga tantangan yang dihadapi semua negara pada tahun 2022, antara lain fenomena inflasi dunia yang mengalami kenaikan karena pasokan dan permintaan yang terdisrupsi serta krisis energi.


Di samping itu ketidakpastian pasar dalam menyikapi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) dan perubahan kebijakan The Fed.


Menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi global, menurutnya ketahanan ekonomi sebuah negara benar-benar diuji apakah dapat bertahan jika ekonomi global terguncang. Menurutnya Indonesia adalah negara dengan fundamental ekonomi yang baik, meski harus diakui negara ini bukan berbasis manufaktur tapi komoditas.


Karena itu Indonesia diuntungkan oleh permintaan komoditas yang tinggi, saat sejumlah negara menghadapi krisis energi.


"Hal ini terlihat dari kinerja neraca perdagangan yang surplus berikut juga Current Account Deficit (CAD) tidak terjadi, tapi justru surplus," ujarnya.(fj)