EmitenNews.com- Kemarin harga CPO ditutup di RM 3.915/ton. Harga minyak nabati dari kelapa sawit itu berada di posisi tertingginya sejak 12 Februari 2011. Namun seperti biasa, setelah terbang terus menerus, harga cenderung rawan koreksi karena adanya aksi ambil untung.


Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terkoreksi pada perdagangan hari ini, Rabu (10/3/2021). Penurunan harga yang terjadi merupakan salah satu bentuk koreksi sehat karena sebelumnya harga CPO sudah terbang ke level tertinggi dalam 10 tahun terakhir.


Namun harga tidak terlalu ambles karena data stok minyak sawit Negeri Jiran mengalami penurunan. Stok minyak sawit Malaysia turun 1,8 persen pada Februari dari bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena produksi yang lebih rendah.


Kabar baik yang tengah santer terdengar kerja sama antara pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan Swiss menjadi katalis positif untuk industri sawit nasional, dimana seharusnya para emiten sawit mampu mengambil momentum tersebut untuk peningkatan demand bagi mereka, ujar Nafan Aji kepada EmitenNews.com, Rabu (10/3/2021).


Lebih jauh Nafan menambahkan, emiten sawit harus bisa memanfaatkan potensi kenaikan harga CPO  dan tren CPO yang terus membaik dan peranan pemerintah juga sangat memberikan support terhadap industri ini.


Salah satu emiten sawit tengah gencar dibicarakan adalah PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). Menurut Nafan, SSMS memiliki potensi yang cukup baik untuk beberapa waktu ke depan sambil menunggu perkembangan selanjutnya, salah satu faktor yang membuat emiten ini layak dilirik adalah optimisme perseroan yang akan membagikan dividen tunai setelah diketahui bahwa laba perseroan mengalami lonjakan cukup signifikan hingga tahun 2020.


Sementara dari sisi pergerakan saham SSMS sudah melewati fase down tren dimana sebelumnya harga saham emiten itu sempat menyentuh level terendah di harga Rp690 pada 30 November 2020. Saat ini pergerakan saham SSMS relatif fluktuatif tidak down tren, justru cenderung rebound dan potensi untuk terus membaik menuju target di level Rp1430 per saham.


Bahkan Analis Teknikal Binaartha Sekuritas itu menyatakan, saat harga saham SSMS mengalami koreksi, itu adalah waktu yang tepat untuk melakukan aksi akumulasi beli, namun untuk saat ini SSMS sudah mencapai level konsolidasi, karena sawit sebagai komoditas yang bisa diperbaharui, itu menjadi katalis positif dibandingkan dengan sektor tambang yang tidak bisa diperbaharui, tutup Nafan.


Harga saham SSMS pada penutupan perdagangan Rabu (10/3) naik 1,49 persen atau 15 poin ke level Rp1020, sementara emiten sawit lainnya seperti LSIP mengekor naik 0,74 persen atau 10 poin ke level Rp1370, AALI justru terkoreksi 1,12 persen atau turun -125 poin ke level Rp1100 dan SGRO terkoreksi 0,29 persen atau -5 poin ke level Rp1745 per saham, BWPT terkoreksi 0,84 persen atau -1 poin ke level Rp118.


Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan akan berkomitmen mempertahankan kesepakatan kerja sama Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership (IE-CEPA). Kesepakatan itu, selaras dengan hasil referendum Swiss pada 7 Maret 2021. Dan, 51,6 persen penduduk Swiss sepakat mendukung IE-CEPA.  


Skema perjanjian perdagangan komprehensif IE-CEPA berpeluang meningkatkan akses pasar produk industri Indonesia, termasuk produk sawit dan turunannya. ”Secara keseluruhan IE-CEPA telah concluded pembahasannya oleh para pihak (Indonesia dan EFTA),” tutur Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto, di Jakarta, Selasa (9/3).


Dasi sisi lain, GAPKI sebagai gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia juga menegaskan berkomitmen dalam mendukung program pemerintah mempercepat realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Gapki membentuk Satgas Percepatan PSR, untuk memperkuat perkebunan rakyat, yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


"Satgas bertugas membantu dan mendukung persiapan, pelaksanaan, hingga pemantauan PSR pada perkebunan sawit rakyat yang menjadi mitra (plasma) perusahaan-perusahaan sawit anggota Gapki," kata Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (9/3/2021).


Menurut Deputi II Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah, industri kelapa sawit Indonesia tidak hanya memiliki peran penting untuk perekonomian Indonesia, namun juga menjadi penyokong dalam ketahanan pangan dunia. Setidaknya 33 persen minyak nabati dunia berasal dari Indonesia. 


Subsektor perkebunan kelapa sawit berkontribusi positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun masih banyak tantangan dalam pengembangannya. Salah satu, produktivitas masih 3,6 ton CPO per hektare per tahun. Padahal, potensi produktivitas CPO 6-8 ton. Banyak faktor penyebab. Di antara, minimnya penggunaan bibit unggul, kurang pengetahuan mengenai Good Agricultural Practices (GAP), dan lemahnya kelembagaan, serta keterbatasan akses modal, tutup Musdhalifah. (Rizki)