KTT G20 Tanpa Trump, Pemimpin Dunia Tetap Sahkan Deklarasi Bersama
Konferensi Tingkat Tinggi G20, 20-23 November 2025, di Afrika Selatan berakhir Minggu (23/11/2025) malam waktu setempat. Meski Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump memboikot, para pemimpin dunia peserta KTT dengan Presidensi Afrika Selatan itu tetap mengadopsi deklarasi bersama. Dok. Sekretariat Wapres.
EmitenNews.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, yang berlangsung 20-23 November 2025, di Afrika Selatan berakhir Minggu (23/11/2025) malam waktu setempat. Meski Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump memboikot, para pemimpin dunia peserta KTT dengan Presidensi Afrika Selatan itu tetap mengadopsi deklarasi bersama.
“Keputusan bersama itu diambil demi menjaga kredibilitas G20. Kita tidak boleh membiarkan apa pun mengurangi nilai, status, dan dampak dari kepresidenan G20 Afrika yang pertama," ujar Presiden Afrika Selatan
Presiden Cyril Ramaphosa menegaskan bahwa G20 tetap menjadi forum penting bagi multilateralisme. Tantangan yang kita hadapi, kata dia, hanya dapat diselesaikan melalui kerja sama, kolaborasi, dan kemitraan.
Ketidakhadiran AS memicu kekhawatiran sejumlah pemimpin mengenai masa depan forum tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa G20 "mungkin akan segera berakhir" jika negara-negara besar terus gagal menyelesaikan krisis global bersama.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menambahkan, tidak diragukan lagi, jalan di depan sulit. “Kita perlu menemukan cara untuk kembali memainkan peran konstruktif menghadapi tantangan dunia."
Dari Beijing, Perdana Menteri China Li Qiang menyoroti memburuknya solidaritas internasional. "Unilateralisme dan proteksionisme merajalela," ujarnya, seraya mempertanyakan komitmen global terhadap kerja sama multilateral.
Deklarasi G20 yang berisi 122 poin itu mencakup sejumlah isu utama.ermasuk dorongan meningkatkan pendanaan iklim "dari miliaran menjadi triliunan," reformasi sistem keuangan internasional, serta dukungan bagi negara berpendapatan rendah untuk mengelola beban utang.
Bahasan terkait pajak bagi individu ultra-kaya disebut lebih lemah dibandingkan deklarasi sebelumnya di Rio de Janeiro, sebagaimana dicatat dalam laporan DW dan Reuters.
Dokumen itu juga menyerukan "perdamaian yang adil, komprehensif, dan abadi" untuk konflik di Ukraina, Sudan, Republik Demokratik Kongo, dan Wilayah Palestina yang diduduki.
Menjelang penutupan KTT G20 2025 itu, ketegangan meningkat terkait serah terima Presidensi G20 dari Afrika Selatan kepada AS. Upacara simbolis itu hampir dipastikan batal karena delegasi yang dikirim Washington adalah pejabat diplomatik tingkat junior.
"Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi di sini," kata juru bicara kepresidenan Afrika Selatan, Vincent Magwenya.
Sebelumnya, pihak AS menuduh Afrika Selatan merusak prinsip-prinsip G20 dan prosedur transisi kepemimpinan dengan melanjutkan pertemuan tanpa kehadiran AS. Namun, pejabat Afrika Selatan bersikeras bahwa G20 tidak boleh tersandera oleh ketidakhadiran satu anggota, termasuk ekonomi terbesar dunia tersebut.
Ada ketimpangan dalam pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence
Sementara itu, dalam pernyataan dari arena KTT G20, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melihat, saat ini ada ketimpangan dalam pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Padahal, AI selama beberapa dekade mendatang dinilai Gibran akan menjadi salah satu penentu kekuatan ekonomi.
Wapres Gibran menyampaikan hal itu saat berpidato dalam sesi ketiga forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (23/11/2025).
Menurut Gibran, AI akan menentukan kekuatan ekonomi selama beberapa dekade mendatang. Namun hari ini, manfaatnya masih sangat timpang, terkonsentrasi di segelintir perusahaan dari beberapa negara maju.
Jika ketimpangan dan kesenjangan digital tersebut masih terjadi, Gibran menilai bahwa manfaat AI hanya akan dirasakan segelintir orang. Menurutnya, sejarah telah menunjukkan, saat kemajuan tidak merata, manfaatnya hanya mengalir ke beberapa orang, sementara kerugiannya ditanggung banyak orang.
Related News
Kasus Temuan 5 Tas Ekstasi di Tol Sumatera, Polisi Tangkap Tersangka
Sidang Praperadilan Paulus Tannos, KPK Harap Hakim Pertimbangkan SEMA
Bareskrim Tangani Kasus Temuan 207.529 Ekstasi di Tol Trans Sumatera
Kasus Proyek Fiktif, Eks Petinggi Telkom Ini Rugikan Negara Rp464M
Rapat Alim Ulama PBNU Sepakat, Tak ada Pemakzulan Ketum Gus Yahya
Dari KTT G20, Angola dan Ethiopia Perdalam Kerja Sama Pertanian





