Lagi Murah! Saham Ini Royal Bagi Dividen, Tertarik?

Screen perdagangan saham di BEI.
EmitenNews.com - Analis menilai sebagian emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak akan terkena dampak negatif dari penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) ke Indonesia.
Oleh karena itu, penurunan harga saham yang signifikan yang terjadi pada akhir-akhir ini merupakan kesempatan untuk membeli saham dengan kinerja baik dan memiliki harga murah.
Analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan menilai struktur ekonomi di Indonesia masih didominasi oleh konsumsi domestik. Sementara ekspor hanya berkontribusi sekitar 22% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2024.
Meski menjadi negara tujuan ekspor terbesar nomor 2, namun ekspor Indonesia ke AS pada 2024 lalu hanya 9,96% dari total ekspor nasional dengan nilai US$26,31 miliar.
"Ekonomi kita tidak sama seperti negara-negara di Eropa, Singapura, Vietnam dan lain-lain yang mengandalkan ekspor. Sehingga dampak tarif Trump ke ekonomi Indonesia akan sangat terbatas," ujarnya.
Apalagi, tutur dia, beberapa barang yang kerap diimpor oleh AS dari Indonesia, sulit diproduksi secara mandiri oleh negeri Paman Sam. Misalnya produk pakaian dan aksesorisnya, akan sulit diproduksi oleh AS karena ketiadaan tenaga kerja murah seperti di Indonesia.
"Jadi tarif Trump ini akhirnya akan dirasakan warga AS sebagai inflasi. Inilah yang kemudian direspons negatif oleh bursa Wallstreet dengan anjlok setelah pengumuman tarif Trump," ujarnya
Atas kondisi ini, dia menilai dampak tarif Trump terhadap kinerja keuangan emiten di Indonesia akan lebih terukur, dibandingkan negara lain yang mengandalkan ekspor. "Mungkin ada dampaknya kepada emiten yang fokus ekspor ke AS, namun bagi emiten yang masih fokus ke dalam negeri, tentu dampaknya ke kinerja keuangan akan lebih terbatas," ujarnya.
Meski demikian, dia mengingatkan bursa saham di Indonesia dan negara lain masih bergerak dengan volatilitas tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh ekspektasi pelaku usaha bahwa perang dagang ini akan meluas, seperti aksi balasan penerapan tarif bea masuk oleh negara lain.
"Jadi yang mempengaruhi pergerakan bursa saat ini lebih kepada ekspektasi negatif yang belum tentu terjadi dan sering kali berlebihan,” ujarnya
Felix Darmawan memberi contoh emiten yang terseret isu negatif tarif Trump adalah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau dikenal sebagai Tugu Insurance. Harga saham TUGU pada perdagangan Selasa (8/4/2025) sempat anjlok 7,73%, sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun 7,9%.
Menurutnya, sebagai perusahaan Asuransi Umum, TUGU tidak melakukan ekspor termasuk ke AS. Emiten ini fokus menjalankan bisnis asuransi di dalam negeri dengan segmen terbesar adalah asuransi kebakaran dan properti.
"Asuransi ini fokus ke captive market yakni Pertamina sebagai induk usaha serta BUMN dan Non BUMN lainnya. Jadi pendapatannya diprediksi tidak akan terpengaruh oleh kebijakan tarif Trump," ujarnya.
Sebaliknya, tutur dia, kinerja keuangan TUGU pada 2025 masih akan tumbuh positif yang didorong oleh kenaikan penghimpunan premi. Hal ini sejalan dengan pedoman kinerja dari manajemen TUGU yang mengharapkan premi dapat tumbuh di kisaran 11,6% pada 2025.
Felix Darmawan menilai emiten TUGU tergolong memiliki harga yang relatif murah atau undervalue. Price to earning ratio (PER) TUGU pada saat ini berada pada 4,54x jauh lebih rendah dibandingkan IHSG yang berada di 15,1x.
PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Artinya laba bersih per saham TUGU selama 4,5 tahun sudah setara dengan harga sahamnya.
Begitu pula dengan rasio price to book value atau PBV TUGU yang berada di level 0,33x, jauh lebih rendah dibandingkan IHSG di 1,71x.
Related News

Laba Asuransi Jasindo Rp70 Miliar, Naik Sampai 549 Persen

Melejit 12 Persen, JTPE 2024 Toreh Laba Rp253,67 Miliar

Tambah Muatan, Advance Serok 10 Juta Saham NINE Rp134 per Lembar

Simak! Berikut Jadwal Dividen JPFA Rp70 per Helai

Cair 30 April 2025, Ini Rentetan Jadwal Dividen AVIA Rp11 per LembarĀ

Abaikan Dividen, Komisaris Ini Lego 5 Juta Saham BBNI