Ada kebijakan yang menguntungkan bagi pengembang, yaitu kemudahan bagi masyarakat untuk membayar uang muka rumah dan PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) yang 50 persennya ditanggung oleh pemerintah. Dua kebijakan ini mendorong masyarakat untuk berani membeli rumah. Kebijakan ini menguntungkan di jangka pendek dan menengah, namun bisa merugikan di masa mendatang, karena ekspektasi masyarakat terhadap properti akan terus seperti itu.

 

Di masa pandemi, produk properti yang paling terdampak adalah perumahan, apartemen, perkantoran, retail, hotel, dan industrial estate. Usai pandemi, yang paling cepat pulih adalah hotel. Sementara itu, properti komersial, khususnya perkantoran, mendapat tekanan tinggi karena kebutuhan akan kantor berkurang, mengingat perusahaan multinasional dan besar cenderung menerapkan pola kerja hibrid. Namun, perkantoran dengan konsep green building masih menarik bagi perusahaan multinasional.

 

Dosen Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, Eusebius Pantja Pramudya Indonesia masih sangat tergantung pada konsumsi minyak sawit . Minyak kelapa sawit atau CPO (crude palm oil) merupakan industri terbaik yang saat ini dimiliki Indonesia. Selain memberi kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial, industri ini tak terlalu terdampak, jika terjadi guncangan ekonomi, termasuk oleh pandemi. Di samping itu, CPO juga menjadi komoditas yang serba guna. Kebutuhan akan minyak sawit terbilang tinggi tak hanya di sektor pangan, tetapi juga untuk biodiesel dan oleochemical.

 

Indonesia menempati posisi dominan di dunia sebagai negara produsen minyak sawit. Meski kebutuhan akan minyak sawit terus meningkat, rata-rata panen menurun. Alasan utamanya, produktivitas pohon sawit masih terbilang rendah. Akibatnya, target yang ditetapkan pemerintah sulit dicapai, karena performa produktivitas masih rendah dalam rentang dua tahun terakhir.

 

Permintaan minyak sawit masih banyak untuk memenuhi kebutuhan ekspor, tetapi itu pun menurun karena transportasi yang sulit akibat pandemi. Ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa tingkat ekspor sudah membaik, karena kebutuhan yang meningkat setelah terjadinya konflik antara Ukraina dan Rusia. Pasar ekspor masih terkonsentrasi pada Cina, India, dan Pakistan. Sementara itu, negara Eropa justru menunjukkan penurunan permintaan.

 

Konsumsi domestik yang meningkat untuk makanan dan biodiesel membuat Indonesia juga menjadi konsumen sawit terbesar. Ini menunjukkan bahwa Indonesia punya tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap biodiesel sebagai keamanan energi. Namun, kita menghadapi situasi yang sulit. Tak bisa dipungkiri bahwa harga biodiesel berada di atas harga bensin. Memproduksi biodiesel dengan harga ekonomis menjadi tantangan besar. Diperlukan peran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit untuk mengelola situasi ini agar minyak sawit bisa terus memainkan peran besar bagi ekonomi Indonesia, terutama di bidang energi.

 

Indonesia masih sangat tergantung pada konsumsi minyak sawit yang terus meningkat. Resesi global tidak akan terlalu berpengaruh terhadap market yang terus bertumbuh. Harapannya, tahun ini harga sawit akan meningkat, setelah sebelumnya sempat cenderung menurun. Ketika terjadi konflik antara Ukraina dan Rusia, orang berpikir bahwa harga sawit akan naik. Kenyataannya, justru sebaliknya.

 

Dosen Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya Albert Hasudungan menyebut juga Perlu lebih banyak investasi untuk energi terbarukan. Minyak dan gas memainkan tiga peran penting. Pertama, sebagai consumer good untuk rumah tangga dan transportasi. Kedua, sebagai faktor penting dalam proses produksi di berbagai industri. Ketiga, sebagai sumber daya yang esensial dalam aktivitas ekonomi. Berdasarkan data dari International Energy Association, konsumsi minyak terbesar adalah untuk transportasi, sementara konsumsi gas terbesar adalah untuk industri. Industri makanan dan minuman, UMKM, dan industri rumah tangga menggunakan gas untuk mendukung aktivitas ekonomi mereka.