Mimpi Besar Pasar Modal Indonesia, Meneropong Optimisme IHSG 32.000
Tampak ornamen langit-langit di lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta.
Namun, ada risiko jika proyeksi ini diterjemahkan secara literal oleh masyarakt tanpa edukasi yang memadai. Banyak investor pemula bisa tergoda melakukan investasi jangka pendek dengan ekspektasi keuntungan cepat. Jika pasar terkoreksi, mereka bisa mengalami kerugian besar dan kehilangan kepercayaan pada pasar modal itu sendiri. Optimisme adalah bahan bakar pertumbuhan, tetapi fondasinya tetap harus rasional. Sejarah menunjukkan bahwa euforia tanpa dasar bisa berujung krisis, sebagaimana yang terjadi pada 2008 dan 2020.
IHSG bisa saja menuju 32.000, tetapi bukan keajaiban atau ‘tebak-tebak manggis’. Melainkan, karena kerja keras seluruh elemen bangsa, mulai pemerintah, pelaku pasar, investor, dan rakyat yang produktif. Pasar modal yang kuat adalah cermin dari ekonomi riil yang sehat, bukan sebaliknya. Dengan keseimbangan antara optimisme dan kewaspadaan, Indonesia berpeluang menjadikan dekade 2030-an sebagai era emas pasar modal nasional.
Related News
Saham Viral vs Saham Bernilai: Hype yang Menggeser Dominansi Analisis
Wacana Free Float MSCI Mengguncang Pasar, Saham Konglo Tersingkir?
The Fed Melonggar, Trump–Xi Damai: Sinyal Ganda untuk Pasar RI?
Saham Konglo: Antara Euforia dan Realita
Danantara Gelontorkan Rp16 T, Apa Dampaknya ke Likuiditas Pasar Modal?
Kinerja Perekonomian Indonesia 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran





