EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengimplementasikan kebijakan Non-Cancellation Period, atau periode tanpa pembatalan pesanan, sebuah langkah strategis yang didorong oleh kebutuhan mendesak untuk memperkuat integritas pasar. Kebijakan ini bukan sekadar pembaruan teknis. Ini sebuah deklarasi perang terhadap manipulasi pesanan yang selama ini merusak kualitas pembentukan harga di bursa.

Sebagai seorang yang telah mengamati pergerakan pasar ekuitas selama dua dekade, saya melihat kebijakan ini sebagai titik balik yang akan mengubah cara kita mengambil keputusan trading dan berinvestasi, khususnya pada menit-menit krusial perdagangan. Aturan ini berfokus pada upaya memberantas anomali pada Indicative Equilibrium Price (IEP) yang kerap kali tidak mencerminkan penawaran dan permintaan yang sebenarnya, sehingga tercipta pasar yang lebih kredibel dan transparan untuk seluruh investor.

Memahami Detil Mekanisme Larangan Pembatalan

Sebelum kita membahas implikasi strategi, sangat penting untuk memahami secara presisi bagaimana aturan baru ini bekerja. Non-Cancellation Period diberlakukan secara ketat pada dua sesi perdagangan yang paling rentan terhadap manipulasi: sesi pra-pembukaan (pre-opening) dan sesi pra-penutupan (pre-closing).

Regulator telah menetapkan batas waktu yang sangat spesifik dan tidak dapat diubah lagi. Pada sesi pra-pembukaan, periode larang pembatalan berlaku mulai pukul 08.56.00 hingga pukul 08.57.59 Waktu Indonesia Barat. Sementara itu, pada sesi sore, larangan pembatalan order berlaku mulai pukul 15.56.00 hingga pukul 15.59.59 Waktu Indonesia Barat.

Inti dari aturan ini sangat tegas: pesanan jual maupun pesanan beli yang telah masuk dalam sistem selama rentang waktu tersebut tidak dapat diubah (no amend) atau ditarik kembali (no withdraw). Perubahan ini menandai akhir dari era investor dapat memasang dan membatalkan pesanan secara leluasa hingga detik terakhir.

Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa kebijakan ini tidak sepenuhnya mengunci aktivitas transaksi. Investor tetap diperbolehkan memasukkan pesanan baru (new order) selama periode tersebut. Dengan kata lain, bursa tetap membuka pintu bagi likuiditas, namun menuntut komitmen penuh dari setiap pesanan yang telah dimasukkan. Komitmen inilah yang menjadi kunci untuk menjaga validitas data di order book.

Menutup Celah Praktik Manipulasi "Spoofing”

Latar belakang utama yang mendasari penerapan kebijakan ini adalah untuk menanggulangi praktik manipulasi pesanan. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, telah menegaskan bahwa Non-Cancellation Period secara khusus ditujukan untuk menekan potensi praktik manipulatif pada jam-jam krusial perdagangan.

Selama ini, pasar sering diwarnai fenomena "spoofing", yaitu taktik menempatkan order dalam jumlah besar di antrean beli atau jual untuk menciptakan ilusi permintaan atau penawaran yang tinggi, lalu order tersebut dibatalkan sesaat sebelum sesi berakhir. Praktik ini sangat merugikan investor kecil yang mudah terkecoh oleh sinyal palsu tersebut.

Dengan berlakunya aturan ini, ruang gerak bagi manipulator untuk melakukan spoofing atau manipulasi pesanan menjadi nyaris tidak ada. Jeffrey Hendrik menyatakan bahwa implementasi ini bertujuan untuk meminimalkan potensi praktik tersebut, khususnya menjelang pembukaan dan penutupan perdagangan.

Logika pencegahannya sangat efektif yakni, jika manipulator memasang pesanan palsu pada periode terlarang, mereka tidak bisa menariknya kembali. Mereka harus menanggung risiko bahwa pesanan tersebut akan tereksekusi (match), yang berarti mereka harus benar-benar membeli atau menjual saham dengan modal yang nyata. Risiko eksekusi riil inilah yang menjadi penghalang paling efektif untuk niat-niat manipulatif, sehingga biaya untuk melakukan kecurangan menjadi sangat mahal.

Implikasi Besar Terhadap Strategi Trading Jangka Pendek

Penerapan Non-Cancellation Period menuntut adaptasi strategi yang cepat dari para pelaku pasar, terutama bagi day trader yang mengandalkan pergerakan cepat dan volatilitas. Strategi lama yang mengandalkan taktik spekulatif dan memanfaatkan peluang pembatalan pesanan di detik akhir kini sudah tidak relevan.

Keputusan untuk memasukkan pesanan pada pukul 08.56 atau 15.56 haruslah didasari oleh keyakinan yang kuat. Tidak ada lagi ruang untuk keragu-raguan atau "coba-coba" dengan pesanan pancingan. Trader harus melakukan analisis dan membuat keputusan masuk/keluar pasar yang final sebelum periode larang pembatalan ini dimulai.

Perubahan ini akan mendorong para trader kembali fokus pada analisis fundamental dan teknikal yang lebih solid. Kecepatan dan keahlian untuk membatalkan pesanan di detik terakhir akan digantikan oleh ketelitian dalam menentukan harga eksekusi yang optimal.

Ini sebenarnya adalah kabar baik bagi trader pemula. Mereka akan memperoleh perlindungan lebih baik, karena antrean yang mereka lihat di layar pada periode tersebut adalah antrean nyata, bukan sekadar gertakan kosong. Pasar yang lebih jujur ini akan memaksa setiap pelaku pasar untuk meningkatkan kualitas analisis mereka, sehingga keberhasilan tidak lagi ditentukan oleh taktik manipulasi, melainkan oleh keahlian membaca arah pasar yang sesungguhnya.