Panic Buying Emas, Investasi atau Ikut-ikutan Tren?
ilustrasi emas menyentuh harga tertinggi. Dok/Istimewa
3. Psikologi Investasi Terganggu
Memutuskan menjadi investor karena panik biasanya juga akan memutuskan untuk mensudahi sebagai investor karena panik. Ini bisa menciptakan pola beli tinggi jual rendah, kebalikan dari prinsip investasi yang sehat.
4. Menciptakan Gelembung Pasar Mini
Panic buying secara masif dapat memicu bubble lokal, di mana harga naik tidak karena fundamental, tapi karena perilaku kolektif yang tidak rasional.
Apa tips Menghindari Panic Buying
berikut beberapa langkah bijak agar tidak terjebak dalam euforia emas,
1. Memahami Tujuan Keuangan
Apakah membeli emas untuk jangka panjang? Untuk dana darurat? Atau untuk keperluan jangka pendek? Tujuan akan menentukan jumlah dan jenis emas yang sebaiknya kamu beli.
2. Melakukan Riset Harga
Sebelum membeli, periksa pergerakan harga emas dalam beberapa bulan terakhir. Hindari membeli saat harga terlalu tinggi kecuali kamu siap menyimpannya dalam jangka panjang.
3. Diversifikasi Portofolio
Disarankan untuk tidak hanya investasi di emas. Padukan dengan reksa dana, saham, atau instrumen lainnya agar risiko tersebar dengan baik.
4. Mengendalikan Emosi
Jangan biarkan tren atau konten viral mendikte keputusan finansialmu. Investasi butuh logika, bukan panik.
5. Konsultasikan dengan Ahli
Jika ragu, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan perencana keuangan atau membaca dari sumber-sumber terpercaya.
Emas Memang Berkilau, Tapi Akal Sehat harus lebih berkilau
Related News
Mimpi Besar Pasar Modal Indonesia, Meneropong Optimisme IHSG 32.000
Saham Viral vs Saham Bernilai: Hype yang Menggeser Dominansi Analisis
Wacana Free Float MSCI Mengguncang Pasar, Saham Konglo Tersingkir?
The Fed Melonggar, Trump–Xi Damai: Sinyal Ganda untuk Pasar RI?
Saham Konglo: Antara Euforia dan Realita
Danantara Gelontorkan Rp16 T, Apa Dampaknya ke Likuiditas Pasar Modal?





