EmitenNews.com - Indonesia mulai melangkah untuk menggunakan inisiatif pasar karbon sebagai alternatif pembiayaan bagi sektor riil. Potensi tersebut belum termasuk yang bisa diserap mangrove dan penyerapan karbon lainnya yang lebih besar. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, Indonesia bisa menghasilkan sebanyak USD565 miliar hanya dari perdagangan karbon.


"Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin di kawasan ini (pasar karbon). Dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia seluas 125 juta hektare, Indonesia diperkirakan mampu menyerap 25 miliar ton karbon," ujar Mahendra Siregar pada pidato kunci di "International Seminar on Carbon Trade 2022" secara daring, di Jakarta, Selasa (27/9/2022).


Potensi penyerapan karbon tersebut, belum termasuk potensi yang bisa diserap mangrove dan potensi penyerapan karbon lainnya yang lebih besar. Berdasarkan angka tersebut, Mahendra Siregar menyatakan, Indonesia bisa menghasilkan sebanyak USD565 miliar hanya dari perdagangan karbon.


Sebagai salah satu kebijakan pemerintah, penetapan harga karbon sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim. Pasalnya, pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendorong pengurangan emisi dan disinsentif bagi yang memproduksi emisi lebih dari batas yang ditoleransi.


"Per April 2022 sebanyak 68 instrumen penetapan harga karbon, termasuk pajak karbon dan skema perdagangan yang efisien telah dikembangkan secara global," katanya.


Begitu juga dengan Indonesia yang telah menetapkan keputusan presiden tentang nilai ekonomi karbon yang mengatur pelaksanaan penetapan harga karbon melalui beberapa mekanisme, salah satunya perdagangan karbon ke pasar karbon. ***