EmitenNews.com - Sejalan dengan upaya transisi energi, Pemerintah terus menggengjot pembangunan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) berskala besar. Bersamaan dengan itu penurunan biaya pokok pembangkitan (BPP) terus diupayakan supaya sampai ke masyarakat dengan harga yang semakin terjangkau.
Dalam siaran pers ESDM (17/1) disebutkan Salah satu yang sedang dilakukan Pemerintah adalah mendorong pengembangan EBT melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Indonesia telah memiliki PLTS Atap sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Kita menjadikan energi terbarukan ini sebagai andalan. Jadi memang antara lain, PLTS Atap itu bagaimana kita bisa memanfaatkannya roadmapnya, kita juga mencermati hal-hal yang yang memang masih menghambat terimplementasinya program-program ini," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, ketika menyampaikan capaian kinerja tahun 2023 dan program tahun 2024, di kantornya, Senin (15/1) kemarin.
Seperti yang dirinci pada roadmap PLTS Atap, pada tahun 2023 ditargetkan 900 Megawatt (MW) kapasitas PLTS Atap terpasang, kemudian 1.800 MW pada 2024, dan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 3.610 MW di tahun 2025.
Pembangunan EBT dengan skala besar kini juga tengah dikebut. Saat ini biaya pembangkitan dari pembangkit listrik EBT, khususnya PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), termasuk biaya integrasinya lebih murah dan dapat bersaing dengan BPP Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 800 MW yang sudah ada.
Seperti dipaparkan Arifin, biaya operasional dan pemeliharaan listrik EBT juga relatif lebih rendah. Pengurangan pajak dan retribusi penggunaan sumber daya alam dapat menjadi insentif alternatif untuk harga listrik EBT yang lebih kompetitif.
Contohnya adalah tarif PLTS Terapung Cirata yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023 lalu. BPP PLTS Cirata hanya USD5,8 sen/kWh. Selain itu, BPP PLTB Tanah Laut lebih murah lagi, yakni USD5,5 sen/kWh.
"Ini contoh mengenai PLTS Terapung Cirata, jadi ini proyek ini melibatkan 1.400 orang, tarifnya USD5,8 sen/KWh jadi cukup kompetitif, tetapi tren sekarang kita harapkan ini juga harga ini bisa lebih murah," pungkas Arifin.
Menyusul keberhasilan PLTS Cirata, Pemerintah juga telah memetakan potensi PLTS Terapung mencapai 91,6 Gigawatt, yang dapat dibangun di lebih dari 300 lokasi danau dan bendungan di Indonesia.(*)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha