Pengguna Aktif QRIS Ditargetkan Capai 60 Juta di 2026
Pemanfaatan QRIS kini telah menjangkau 57 juta konsumen dan 39 juta UMKM, dengan target mencapai 60 juta pengguna aktif pada 2026.
EmitenNews.com - Pemerintah terus mendorong akselerasi melalui perluasan layanan keuangan digital, penguatan talenta, dan peningkatan daya saing industri. Pemanfaatan QRIS kini telah menjangkau 57 juta konsumen dan 39 juta UMKM, dengan target mencapai 60 juta pengguna aktif pada 2026.
Hal itu diungkapkan Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah sekaligus Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto secara virtual dalam acara Media Briefing LKBN Antara: Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026, Kamis (11/12).
Di sisi SDM, berbagai program seperti Digital Talent Scholarship, AI Talent Factory, dan Hub ID terus diperluas untuk mencetak talenta digital yang kompetitif di masa depan.
Sejalan dengan hal tersebut, nilai ekonomi digital Indonesia yang mencapai USD90 miliar pada 2024 diproyeksikan melonjak hingga USD360 miliar pada 2030, yang mencerminkan potensi besar ekonomi digital dalam memperkuat transformasi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selanjutnya, Pemerintah juga terus memperkuat agenda hilirisasi industri, salah satunya dengan meningkatkan nilai tambah nasional dan mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Lonjakan ekspor nikel yang meningkat dari USD3,3 miliar pada 2017 menjadi USD33,9 miliar pada 2024 menunjukkan keberhasilan transformasi industri yang signifikan.
"Sejalan dengan itu, realisasi investasi pada Q3-2025 mencapai Rp431,4 triliun, atau tumbuh 58,1% (yoy), mencerminkan tingginya minat investor terhadap sektor hilirisasi," jelas Haryo.
Pada ekosistem kendaraan listrik, pangsa pasar mobil listrik melonjak menjadi 18,27% pada 2025, didukung ekspansi industrialisasi berbasis bauksit, tembaga, dan rumput laut sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Berbagai upaya peningkatan mesin pertumbuhan baru juga tersebut juga didukung dengan perluasan integrasi ekonomi Indonesia dengan pasar global yang dilakukan Pemerintah melalui percepatan berbagai perjanjian perdagangan dan kemitraan strategis.
Melalui Indonesia–Canada CEPA, lebih dari 90% pos tarif memperoleh preferensi yang membuka peluang peningkatan ekspor hingga USD11,8 miliar. Sementara itu, Indonesia–EU CEPA juga memberikan akses tarif 0% bagi 90,4% produk Indonesia ke pasar Uni Eropa.
Di sisi lain, proses aksesi Indonesia ke OECD dan eksplorasi kerja sama dalam CPTPP menjadi langkah penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan menyesuaikan standar kebijakan ekonomi dengan praktik internasional, guna mendorong transformasi dan pertumbuhan jangka panjang.
“Kemajuan ekonomi 2026 adalah hasil kerja kolektif. Mari bersama kita jaga momentum optimisme melalui sinergi kebijakan untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," pungkas Juru Bicara Haryo.(*)
Related News
Purbaya Sebut Ultimatum Bekukan Bea Cukai Perintah Prabowo
Digempur Impor, Utilisasi Industri Tableware-Glassware Cuma 52 Persen
IHSG Rebound ke 8.659 di Sesi I, Mayoritas Sektor Menguat
Wall Street Solid, IHSG Makin Sulit
IPO SUPA Picu Profit Taking, IHSG Kembali Tersudut
IHSG Rawan Koreksi, Borong Saham BBKP, WIFI, dan AMRT





