EmitenNews.com - Pemerintah terus memperluas pasar untuk produk-produk Indonesia. Untuk itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) menjadikan Maroko sebagai hub untuk pasar Afrika.

"Kenapa Maroko dipilih karena Maroko ingin kami jadikan sebagai hub untuk pasar Afrika. Alhamdulillah sebagai gebrakan pertama kita sudah menghasilkan potensi transaksi tersebut," katanya Direktur Jenderal PEN Didi Sumedi di Jakarta, Jumat (3/5/2024).

Sejauh ini, di Afrika, Indonesia sudah mempunyai Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di dua negara yakni Nigeria dan Afrika Selatan. 

“Afrika kita 'kepung' melalui tiga hub tersebut, karena memang potensi di Afrika cukup besar permintaannya seiring dengan produk-produk nasional kita yang dibutuhkan di Afrika," kata Didi Sumedi. 

Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi menghadiri Forum Bisnis Indonesia-Maroko di Casablanca, Maroko, Selasa (30/4/2024). Kegiatan forum bisnis tersebut dibuka secara resmi oleh Duta Besar RI Rabat, Hasrul Azwar.

Kegiatan misi dagang ke Maroko bertujuan untuk memperkuat penetrasi produk Indonesia ke pasar Afrika Utara. Selain itu, untuk membangun kerja sama bisnis dengan mempertemukan pelaku usaha Indonesia dengan calon mitranya dari Maroko dan negara sekitarnya.

Maroko memiliki posisi penting bagi Indonesia, terutama dalam perannya sebagai mitra dagang nontradisional serta sebagai hub untuk memasuki pasar Afrika Utara. 

Potensi kerja sama Indonesia dan Maroko masih memiliki peluang yang sangat besar karena saat ini kedua negara masih merumuskan Preferential Trade Agreement (PTA). Hal tersebut diharapkan dapat memberikan katalis pada nilai perdagangan di kawasan Afrika Utara.

Pelaksanaan misi dagang ini merupakan kerja sama antara Kementerian Perdagangan dengan Kedutaan Besar RI Rabat dan perwakilan dagang di Spanyol.

Pada kegiatan business matching, para importir Maroko dan Spanyol antusias dan tertarik akan produk Indonesia. Tidak heran kalau kegiatan business matching kali ini menghasilkan total potensi transaksi senilai USD16,98 juta atau Rp276 miliar.

Hal itu diperoleh dari sektor pengolahan hasil perikanan (Rp10,1 miliar), makanan olahan (Rp975 juta), rempah-rempah (Rp98 miliar), briket (Rp406 juta), dan batu bara (Rp167 miliar). ***