EmitenNews.com - Perusahaan kontraktor pertambangan Group Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) menyampaikan sekarang itu boleh dibilang demand untuk alat berat sangat tinggi. Jadi sekarang ada perbedaan strategi, kalau dulu UNTR mencari customer yang mau membeli alat tapi sekarang bagaimana mendeliver demand yang ada dari customer itu untuk bisa di deliver sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh customer.


“Sehingga sekarang itu ya kami pasti akan berkoordinasi dengan prinsipal bagaimana kita bisa mendapatkan barang yang lebih tepat dan lebih banyak untuk mengantisipasi demand yang sangat luar biasa,” ungkap Presiden Direktur UNTR Frans Kesuma, dalam RUPS dan Public Expose UNTR yang digelar secara virtual, Jumat (09/04/2021).


Frans melanjutkan, kemudian dari sisi contractor, pasti juga akan ada peningkatan permintaan juga, dan itu juga menjadi satu hal yang mesti dicermati dengan tepat, artinya kalo yang tahun2 sebelumnya ini kita membukukan penurunan kapasitas, dengan cara kita tidak melakukan capex atau tidak melakukan replacement, maka sekarang jadi berubah, apa yang dulu sudah di reduce sekarang coba dibalikan lagi.


Demikian juga dengan manpower, yang kita tau selama tahun-tahun sebelumnya kita coba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah man power tapi sekarang mungkin akan terbalik lagi. Jadi ini strategi dari sisi maining contractor dan UTCM.


Kemudian dari segi TPA, bagaimana memanfaatkan peluang dengan sangat baik, karena kita tahu perubahan ini sangat cepat dan itu harus bisa kita antisipasi untuk bisa mendeliver goal dengan jumlah yang sebanyak mungkin untuk tahun 2021, ucap Frans


Sedangkan kalau dilihat dari strategi yang lain, kita tetap fokus untuk tetap bisa mendapatkan atau mengakuisisi tambang-tambang yang baru, tetapi kita juga tau kalo kita memiliki kendala, sehingga kalo dibilang apa yang menjadi fokus, yaitu tadi untuk mendapatkan tambang2 yang lain, kemudian kita mulai memikirkan untuk masuk di renewable energy, dan kita tau sampai saat ini di UT Group itu kami sudah ada sedikit, baik itu solar power maupun juga dengan mini hydro, ini juga yang akan kita kembangkan, antisipasi kalau nanti itu kita sudah punya beberapa portofolio, kita akan kembangkan kalo memang dari sisi peraturan dan teknologi yang ada sudah memungkinkan


Disisi Lain Direktur UNTR Iwan Hadiantoro, menyampaikan rencana ekspansi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B, untuk unit 5 dan 6 di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, secara operasi akan mundur dari target.

“Mundurnya target operasi PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6 berkapasitas 2x1.000 mega watt (MW) ini dikarenakan terdampak pandemi Covid-19,” tandas Iwan.


Sampai saat ini menurutnya perkembangan konstruksinya sudah mencapai sekitar 98%. Namun karena pandemi Covid-19, pihaknya saat ini masih terus melakukan negosiasi dengan PT PLN (Persero) untuk menentukan tanggal dimulainya operasi dari PLTU Tanjung Jati B ini.


"Namun saat ini karena pandemi Covid-19, kita masih negosiasi dengan PLN untuk menentukan tanggal dimulainya operasi dari Tanjung Jati," ungkapnya.


Dia mengatakan, proyek PLTU ini diperkirakan mundur sekitar enam bulan dari rencana awal, sehingga kemungkinan PLTU ini akan beroperasi pada awal 2022.


"Kemunduran sekitar enam bulan dari initial target. Saat ini diperkirakan baru akan mulai operasi di awal tahun 2022 nanti," lanjutnya.


Kebutuhan batu bara untuk PLTU Tanjung Jati B ini menurutnya sekitar 7,5 juta ton setiap tahunnya. Menurutnya, PT Bhumi Jati Power (BJP) sebagai operator PLTU Tanjung Jati B ini sudah menetapkan beberapa pemasok batu baranya.


"Sudah menetapkan beberapa supplier untuk penyediaan batu bara," ungkapnya.


Seperti diketahui, BJP merupakan konsorsium dari tiga perusahaan, antara lain Sumitomo Corporation (50%), UNTR (25%), dan The Kansai Electric Power Co. Inc. (25%). BJP kini tengah membangun proyek ekspansi PLTU Tanjung Jati B, yakni unit 5 dan unit 6 dengan kapasitas 2x1.000 MW. Proyek ekspansi ini berdekatan dengan empat unit yang telah beroperasi sebelumnya, PLTU Tanjung Jati B unit 1-4.


Rencananya PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6 ini akan memasok listrik ke PLN selama 25 tahun sejak beroperasi. Proyek ini diperkirakan memakan dana hingga USD 4,2 miliar atau sekitar Rp 60,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per USD).


Pada kesempatan yang sama Manajemen UNTR juga mengkonfirmasi bahwa kontrak antara PT Pamapersada Nusantara, anak usaha dari PT United Tractors Tbk (UNTR), dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) akan berakhir. Namun PT Pamapersada Nusantara belum ada rencana untuk mencari pelanggan baru. Dia mengatakan, pelanggan dari PT Pamapersada Nusantara biasanya adalah pemegang kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B).