Riset IESR, Daerah Penghasil Batu Bara Disarankan Beralih ke Manufaktur

Ilustrasi hasil tambang batu bara. dok. Kompas.
EmitenNews.com - Daerah penghasil batu bara perlu bersiap untuk beralih ke industri manufaktur, menyikapi langkah pemerintah memasuki transisi energi. Hasil riset Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan, transformasi ekonomi sangat diperlukan bagi daerah-daerah penghasil batu bara.
"Menurut beberapa modelling ekonomi yang memiliki multiplier efek tinggi dan konektivitas yang tinggi adalah manufaktur," kata Analis Kebijakan Lingkungan Institute for Essential Services Reform (IESR), Ilham Surya dalam Seminar Hibrid IESR bertajuk Sunset PLTU dan Industri Batubara, di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Transformasi ekonomi sangat diperlukan bagi daerah-daerah penghasil batu bara dan yang memiliki ketergantungan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang tinggi terhadap industri batu bara.
Kontribusi sektor pertambangan pada ekonomi lokal di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, mencapai 70 persen dan 50 persen di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Dana Bagi Hasil (DBH) dari pajak dan royalti pertambangan batu bara berkontribusi signifikan pada pendapatan pemerintah hingga 27 persen di Paser dan 20 persen di Muara Enim.
Menurut Ilham Surya, transformasi ekonomi diperlukan karena APBD dan PDRB ketergantungan yang tinggi terhadap batu bara dan ramalan batu bara ini turun, otomatis mereka harus mencari sektor lain. ***
Related News

APBN 2026, Pemerintah Targetkan PNBP Rp455T, Terbesar Migas-Tambang

BUMN Rugi, Direksi dan Komisaris Tak Pantas Terima Tantiem

Kelahiran Bank Syariah Nasional

Pemerintah Keruk Rp9 Triliun dari Lelang Tujuh Seri Sukuk, Selasa

BCA Klarifikasi Isu Rekayasa Akuisisi Saham oleh Djarum Grup

Harga Emas Antam Turun Rp7.000 per Gram