Akibatnya, emiten farmasi BUMN itu mengalami rugi usaha sebesar Rp106,31 miliar, atau kian dalam 43,2 persen dibanding semester I 2022.

 

Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan semester I 2023 tanpa audit emiten farmasi BUMN yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (2/8/2023).

 

Sementara jumlah kewajiban bertambah 10,08 persen dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp1,593 triliun.