EmitenNews.com -Selama ini sektor perbankan seringkali dianggap sebagai Daham andalan, dan masuk dalam kategori blue chip. Hampir banyak investor memiliki saham perbankan dalam portofolio nya. Perbankan jiga selalu rutin membagikan dividen dan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Sayangnya beberapa waktu ini ada fenomena yang menjadi tanya, karena saham-saham bank besar justru mengalami penurunan tajam, bahkan terus anjlok. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting bagi para investor, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, haruskah bertahan dan mengantisipasi pemulihan, atau saatnya angkat kaki dan "kabur" dari sektor ini?

Sebenarnya apa yang terjadi dengan saham bank.

Kepercayaan investor mulai goyah Ketika muncul isu-isu fundamental bank itu sendiri. Belum lagi diperburuk oleh kondisi makroekonomi, hingga sentiment negative dan rumor dipasar.

Naiknya suku bunga global dan dalam negeri, serta fluktuasi nilai tukar rupiah, hingga inflasi tinggi yang membuat aktivitas kredit melambat.  Bisnis bank menjadi kurang agresif, dan prospek ke depan terlihat buram bagi sebagian investor.

Isu yang terjadi saat ini adalah sentiment negative dan aksi PPATK. Pemblokiran rekening oleh PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) bisa memicu kekhawatiran bahwa ada masalah dalam sistem internal bank, terutama dalam hal Know Your Customer (KYC) atau sistem anti pencucian uang. Meski belum tentu bank bersalah, sentimen pasar bisa dengan cepat berubah negatif.

Selain itu dampak Penurunan Saham Bank bagi Investor, Saat harga saham bank terus melemah, efeknya bisa sangat terasa.  Nilai portofolio turun drastis, bahkan bisa minus dua digit. Ketakutan dan kepanikan massal di kalangan investor, apalagi yang belum berpengalaman. Potensi kerugian riil, jika investor memutuskan cut loss saat harga sedang di titik terendah.

Meskipun yang  perlu disadari adalah, bahwa penurunan harga bukan berarti kehancuran total. Dalam dunia pasar modal, penurunan bisa jadi bagian dari siklus alami atau bahkan menciptakan peluang strategis.

Melihat kondisi seperti ini , apakah investor harus Bertahan atau Kabur? Tentu memerlukan  Strategi agar tidak panik dan tetap dengan tujuan awal berinvestasi. 

Investor perlu melakukan evaluasi Fundamental Saham Bank Tersebut. Jangan ambil keputusan hanya berdasarkan penurunan harga. Investor wajib melakukan pengecakkan , Apakah bank tersebut masih membukukan laba.  Bagaimana rasio kesehatan nya. Apakah ada sanksi dari OJK atau BI. Apakah penurunan disebabkan sentimen sesaat atau masalah structural.

Jika secara fundamental masih bagus dan bank memiliki reputasi solid, turunnya harga bisa jadi kesempatan beli lebih murah.

Selain itu perlu dipahami Kembali tujuan investasi. Jika kita adalah investor jangka panjang, koreksi pasar adalah hal biasa. Selama fundamental tidak berubah drastis, kita bisa mempertimbangkan strategi average down secara bertahap. Atau jika kita trader  penting untuk punya stop loss dan strategi switching ke sektor lain yang sedang bullish. Jadi Jangan hanya ikut panik. Ingat, yang rugi bukan hanya karena harga turun, tapi karena salah mengambil keputusan.

Selanjutnya salah satu kesalahan banyak investor adalah terlalu overconfident pada satu sektor saja, seperti perbankan. Ketika sektor itu jatuh, seluruh portofolio ikut terdampak. Sehingga perlu dilakukan diversifikasi sektor atau penyeimbangan portofolio dengan sektor lain seperti consumer goods, energi, infrastruktur, teknologi, atau healthcare. Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang. 

Supaya tidak terjebak dalam kondisi seperti ini tentu saja investor harus mampu memanfaatkan momentum Koreksi. Artinya jika harga turun secara irasional akibat sentimen sesaat, dan kita yakin bank tersebut akan bertahan, ini bisa jadi peluang beli dengan harga diskon. Namun tentu, tetap perhatikan analisis teknikal dan fundamental.

Belum lagi  banyak investor panik karena mendengar kabar yang belum tentu valid. Contoh, kabar pemblokiran rekening oleh PPATK bisa jadi hanya menyasar individu atau perusahaan tertentu, bukan kesalahan banknya. Sehingga sebaiknya ikuti berita dan klarifikasi resmi. Ikuti rilis resmi dari sumber yang terpercaya seperti  Bank yang bersangkutan, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), PPATK, dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Jangan Terjebak Emosi, Gunakan Data. Investor yang sukses bukan mereka yang selalu benar, tapi mereka yang disiplin dan rasional dalam menghadapi ketidakpastian. Sehingga sangat penting juga untuk membedakan antara, Risiko sistemik (berpengaruh ke seluruh sektor perbankan), dengan Risiko spesifik emiten (misal hanya satu bank yang bermasalah). Pahami juga bahwa pasar kadang terlalu optimis, dan di lain waktu terlalu pesimis. Dalam banyak kasus, harga saham lebih cepat turun daripada pulih,  tapi di situlah letak peluangnya. Penurunan harga saham bank bukanlah alasan otomatis untuk menjual panik. Yang dibutuhkan adalah analisis yang matang, kesabaran, dan strategi adaptif.

Jadi  jika kita investor jangka Panjang, sebaiknya gunakan momen koreksi untuk evaluasi ulang. melakukan average down bila fundamental masih baik, dan pastikan portofolio terdiversifikasi. Tetapi jika kita trader jangka pendek, maka gunakan indikator teknikal untuk mengambil posisi. Pasang stop loss yang disiplin.  Serta siapkan strategi switching ke sektor yang lebih menjanjikan.

Yang terpenting, Jangan terlalu percaya euforia, dan jangan pula terlalu takut badai. Pasar akan selalu naik dan turun, tapi keputusan kita yang menentukan hasil akhirnya.