Aqil memproyeksi EBITDA MTEL sampai akhir tahun berpotensi mencapai Rp 6,8-7 triliun untuk satu tahun penuh 2023 yang mengimplikasikan pertumbuhan 11-14% dan di kuartal IV Net Income perseroan berpeluang mencapai Rp 1,7-1,9 triliun.

 

“Saat ini EV/EBITDA MTEL ada di kisaran 11x dan dengan pertumbuhan premium maka EV/EBITDA MTEL lebih baik dari industri yang saat ini berada di kisaran 10x” tambah Aqil. 

 

Menurutnya jika MTEL divaluasi sesuai dengan kinerja industri di EV/EBITDA 10x saja, maka harga wajar MTEL bisa mencapai Rp 830 sehingga saat ini dapat dikatakan MTEL undervalued dan layak menjadi saham yang dikoleksi.

 

Saat ini, harga MTEL bertengger di level Rp610, jauh berada di bawah harga wajarnya. Sebagai pembanding, mengacu ke data RTI, rasio PBV MTEL saat ini sebesar 1,51x, lebih rendah dari TOWR sebesar 3,04x dan TBIG sebesar 4,39x. Window dressing yang biasa terjadi di akhir tahun diperkirakan bakal menjadi momentum kebangkitan saham MTEL. 

 

Di sisi lain, Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan saat ini Mitratel tengah berada dalam proses melakukan akuisisi menara lagi. Dia berharap, akuisisi ini bisa segera diumumkan.

 

"Bukan dengan operator, tetapi sesama perusahaan menara," kata Hendra, ditemui di sela-sela CEONetworking, Jakarta, (7/11/2023). 

 

Menurut Hendra, tahun ini Mitratel telah mengakuisisi menara dari PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Tbk. (ISAT). Mitratel menurutnya juga siap melakukan akuisisi menara milik Telkomsel, apabila perusahaan afiliasi Mitratel tersebut telah siap menjual menaranya. "Telkomsel, mudah-mudahan mereka siap tahun depan," tuturnya.

 

Sebagaimana diketahui, selama sembilan bulan 2023 Mitratel membangun 481 menara baru serta menambah 1.192 menara melalui akuisisi. Dengan aksi ini, jumlah menara milik MTEL hingga akhir September 2023 mencapai 37.091 menara.