The Fed Pangkas Suku Bunga, Bitcoin Naik: Investor Harus Apa?

Ilustrasi Bitcoin. Photo/Istimewa
EmitenNews.com - Bitcoin kembali mencetak all-time high (ATH) di kisaran US$124.000 pada Selasa (14/08), setelah sentimen kuat bahwa The Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan September. Penguatan selera risiko (risk-on) membuat dolar AS melemah, sementara pasar menilai peluang pemangkasan sudah “hampir pasti”. Ether pun melesat ke level tertinggi sejak 2021. Ini bukan sekadar reli kripto: ia adalah cermin dari perubahan kebijakan moneter dan arah regulasi di AS.
Apa pemicu utamanya?
Pertama, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Data LSEG menunjukkan pasar menilai peluang pemangkasan pada 17 September sangat tinggi. Nada kebijakan makin dovish setelah data inflasi AS yang jinak dan komentar pejabat fiskal yang mendorong serangkaian penurunan suku bunga. Dalam kondisi seperti ini, aset berisiko—termasuk kripto—cenderung diakumulasi.
Kedua, katalis regulasi. Pemerintah AS menandatangani perintah eksekutif yang membuka jalan bagi aset alternatif (termasuk kripto) masuk ke akun pensiun 401(k). Bagi pasar, akses baru ke pundi-pundi dana pensiun raksasa berpotensi memperluas basis permintaan jangka panjang, terutama melalui manajer aset besar yang juga mengoperasikan ETF kripto. Sentimen “mainstreaming” inilah yang mempertebal optimisme.
Narasi besar yang memantik “fear of missing out”
Kombinasi likuiditas yang longgar (jika pemangkasan benar terjadi) dan normalisasi regulasi (401(k), stabilitas aturan, serta kanal ETF) menciptakan narasi yang mudah viral: “Bitcoin bukan lagi pinggiran, melainkan bagian dari arsitektur keuangan modern.” Tidak heran harga menembus rekor dan menjadi topik hangat di ruang investor ritel maupun institusi. Media arus utama dan finansial global merangkum dorongan ini sebagai tailwind ganda: moneter + regulasi.
Tapi... apa artinya untuk investor tradisional?
Portofolio tradisional (saham–obligasi) kini menghadapi fase transisi suku bunga. Dalam rezim suku bunga turun, aset berisiko sering kali mendapat angin. Bitcoin menambah proposisi sebagai aset pertumbuhan berisiko (risk asset) yang sensitif pada dolar, likuiditas global, dan arus institusi. Namun, ia bukan pengganti obligasi defensif, dan bukan emas—volatilitasnya jauh lebih tinggi dan korelasinya dengan ekuitas bisa meningkat saat risk-off. Dengan kata lain, fungsi Bitcoin di portofolio lebih mendekati satelit berimbal hasil tinggi ketimbang aset inti penstabil. (Pandangan ini juga sejalan dengan banyak diskusi manajer ETF yang menilai emas tetap lindung nilai yang lebih konsisten dibanding kripto).
Risiko yang wajib dihitung
Kebijakan bisa berubah. Jika The Fed menunda atau memangkas lebih kecil dari yang diperkirakan, reli bisa “kehabisan bensin”. Probabilitas pasar bisa salah membaca sinyal, dan dolar menguat kembali—ini negatif untuk kripto.
Arus ETF/kelembagaan tidak selalu searah. Data pekan lalu menunjukkan ETF Bitcoin di AS sempat mencatat outflows—mengingatkan bahwa arus institusi juga oportunistis. Headline risk cepat berubah di kripto.
Regulasi membawa peluang sekaligus tata kelola baru. Akses 401(k) meningkatkan demand potensial, tetapi juga membuka perdebatan tentang kecocokan risiko untuk pensiun. Setiap penguatan/pengetatan aturan bisa mengubah sentimen dalam hitungan hari.
Sisi teknikal: level psikologis dan skenario ke depan
Secara teknikal, banyak pelaku pasar memantau area US$125.000. Break berkelanjutan di atas level ini sering dibaca sebagai konfirmasi momentum, dengan target psikologis berikutnya kerap disebut US$150.000. Namun, semakin vertikal reli, semakin besar peluang pullback taktis sebelum tren berlanjut. Disiplin position sizing dan rencana keluar (exit plan) menjadi kunci agar volatilitas tidak menggerus portofolio.
Jadi, haruskah investor tradisional ikut melirik?
Boleh, asal terukur. Untuk investor yang selama ini hanya pegang saham–obligasi, eksposur kecil dan bertahap (misal 1%–3% dari portofolio) bisa menjadi jalan tengah untuk “ikut partisipasi” tanpa mengubah profil risiko secara drastis. Prioritaskan instrumen teregulasi (ETF berbiaya efisien, kustodi kuat), hindari leverage, dan gunakan rebalancing berkala. Bagi investor yang sama sekali belum siap menerima fluktuasi harian besar, tidak ada salahnya menunggu konfirmasi lebih lanjut dari The Fed dan pasar derivatif sebelum masuk. Momentum memang memikat, tetapi disiplin manajemen risiko adalah pembeda hasil jangka panjang.
Related News

Ingin Cepat Kaya dari Investasi? Mending Cepat-Cepat Sadar

Optimisme Mengalir di Bursa, IHSG Siap Tulis Sejarah Baru?

BEI Bidik Transaksi Harian Rp20 Triliun, Antara Ambisi dan Tantangan

Konspirasi Teror Bid Offer Fake dan Penebar Fear di Papan FCA

Saham Bank Terus Anjlok, Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Rekening Dormant dan Judi Online Jadi Ancaman Ekonomi