Wamenkeu Ingatkan Waspadai Scarring Effect Pemulihan Ekonomi Pascapandemi
EmitenNews.com - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara meyakini Indonesia memiliki optimisme yang tinggi setelah mengalami pandemi Covid-19. Namun ia mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai gerakan dari pemulihan yang meninggalkan scarring effect di dalam masyarakat
“Bentuknya adalah naiknya permintaan yang cepat, namun tidak dapat langsung dipenuhi oleh supply yang juga secepat kenaikan permintaan,” jelas Wamenkeu dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) ke-65 dan Lustrum XIII Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad bertema "Mengawal Indonesia melalui Turbulensi Ekonomi Global" secara daring, Sabtu (10/12).
Wamenkeu menjelaskan ketika supply tidak bisa mengimbangi kenaikan demand, maka yang terjadi adalah kenaikan harga atau inflasi. Namun, situasi geopolitik Rusia dan Ukraina memberikan kejutan yang cukup besar.
“Peningkatan harga-harga menjadi jauh lebih cepat dan kemudian menyebabkan kondisi global inflasi yang meningkat dengan sangat cepat,” ujar Wamenkeu.
Pada saat harga meningkat dengan cepat, kata Wamenkeu, maka stabilisasi harus dikembalikan. Bank Indonesia maupun seluruh bank sentral dunia sangat memperhatikan kondisi tersebut dengan melakukan upaya-upaya stabilisasi, terutama dengan peningkatan suku bunga dan pengetatan likuiditas secara global.
“Dampak ke Indonesia memang luar biasa. Kita sangat terdampak dengan bergeraknya likuiditas global, kembalinya likuiditas dollar ke Amerika Serikat dan tetap kita masih memiliki disrupsi di sisi supply yang belum sepenuhnya kembali. Inilah yang harus kita tangani bersama,” kata Wamenkeu.
Sejak awal pandemi, Pemerintah memikirkan mengenai bauran-bauran kebijakan untuk menangani kondisi pandemi pada saat mengalami situasi tekanan yang sangat tinggi dari sisi virus sekaligus yang memungkinkan pemulihan yang lebih berkelanjutan ke depannya.
“Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter kami rancang terus supaya bisa terus bersinergi. Dari sisi kebijakan fiskal, kami telah berupaya memastikan bahwa defisit yang meningkat selama periode pandemi kita turunkan kembali,” ujar Wamenkeu.
Untuk itu, Indonesia akan kembali kepada disiplin fiskal yaitu defisit yang di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Wamenkeu meyakini tahun ini defisit dapat mendekati di bawah 3 persen dan tahun depan defisit berada di angka 2,84 persen dari PDB.
Suahasil menyebut disiplin fiskal adalah bentuk dari kredibilitas Indonesia. Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kredibel di dalam mengelola pembiayaannya.
"Defisit kita selalu terukur. APBN adalah alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembiayaan yang terukur. Kita menangani pembiayaan kita, kita menangani utang kita dengan sangat sangat kredibel di mata internasional,” tandasnya.
Wamenkeu berharap dukungan dari akademisi, termasuk dari FEB Unpad, dapat mendukung upaya Pemerintah untuk memulihkan ekonomi Indonesia.(fj)
Related News
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN
Ajak Investor Inggris Investasi di EBT, Menteri Rosan Buka Peluangnya
PKPU Pan Brothers (PBRX) Soal Utang Rp6,25T Diperpanjang 14 Hari
Maya Watono Kini Pimpin InJourney, Ini Profilnya
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram