EmitenNews.com -Kementerian BUMN memiliki rencana akan menjadikan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi salah satu anak usaha PT Hutama Karya.


Namun kondisi keuangan Hutama Karya pun tak lebih baik dari laporan keuangan WSKT.


Hal itu tergambar dari laporan keuangan tahun 2022 telah audit Hutama Karya yang diunggah pada laman persero.


Jelasnya, Hutama Karya menderita rugi bersih sedalam Rp1,446 triliun pada tahun 2022, atau menyusut 40,9 persen dibanding tahun 2021 yang menyentuh Rp2,449 triliun.


Akibatnya, Hutama Karya mengalami defisit sebesar Rp6,543 triliun atau membengkak 26,6 persen dibanding akhir tahun 2022 yang sedalam Rp5,165 triliun.


Jika dirunut, pendapatan tumbuh 20 persen secara tahunan menjadi Rp24,208 triliun pada akhir Juni 2023.


Penopangnya, pendapatan jasa konstruksi jalan tol meningkat 9,7 persen menjadi Rp13,012 triliun.


Senada, pendapatan jasa konstruksi naik 32,7 persen menjadi Rp6,373 triliun.


Lalu, pendapatan dari pengoperasian jalan tol bertambah 22,2 persen menjadi Rp3,3 triliun.


Bahkan penjualan barang melonjak 53,6 persen menjadi Rp1,211 triliun.


Walau beban pokok pendapatan membengkak 13,5 persen menjadi Rp20,596 triliun. Tapi laba kotor tetap naik 53,5 persen menjadi Rp3,611 triliun.


Sayangnya, beban keuangan naik 0,64 persen menjadi Rp3,105 triliun.


Terlebih, Hutama Karya mencatatkan rugi kurs sebesar Rp743,21 miliar, sedangkan di tahun 2021 hanya sebesar Rp81,897 miliar.


Akibatnya, perusahaan BUMN karya ini menderita rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp1,258 triliun.


Beban bunga tersebut sebagai dampak dari pinjaman bank jangka panjang sebesar Rp27,368 triliun, pinjaman non bank sebesar Rp1,417 triliun, MTN senilai Rp10,845 triliun, obligasi senilai Rp7,323 triliun dan sukuk Mudharabah senilai Rp809,22 miliar.


Sedangkan WSKT pada tahun 2022 melaporkan menderita rugi bersih sebesar Rp1,899 triliun pada tahun 2022, atau membengkak 73,2 persen dibanding tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp1,096 triliun.


Akibatnya, defisit menyentuh Rp8,214 triliun.