EmitenNews.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah salah satu indikator utama yang mencerminkan kinerja pasar saham di Indonesia. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi, proyeksi IHSG untuk tahun 2025-2026 menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Dalam artikel ini, kita akan membahas potensi penurunan suku bunga, efek kembalinya Donald Trump sebagai presiden terhadap IHSG, prospek saham-saham penggerak IHSG, kondisi makroekonomi, inflasi, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Potensi Penurunan Suku Bunga

Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) dapat memberikan dampak positif bagi IHSG. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini dapat berujung pada peningkatan konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan ekonomi.Pada tahun 2025, BI diperkirakan akan melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Penurunan suku bunga ini dapat meningkatkan aktivitas di sektor-sektor sensitif terhadap suku bunga seperti properti, otomotif, dan perbankan. Dengan meningkatnya permintaan kredit, perusahaan-perusahaan di sektor-sektor tersebut dapat mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan, sehingga memberikan dampak positif bagi IHSG secara keseluruhan.

Efek Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden

Kembalinya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat dapat memiliki dampak signifikan terhadap IHSG. Kebijakan ekonomi dan perdagangan yang diterapkan oleh Trump selama masa jabatannya sebelumnya seringkali memicu volatilitas di pasar global. Jika Trump kembali menerapkan kebijakan proteksionis atau meningkatkan ketegangan perdagangan dengan negara lain, hal ini bisa berdampak negatif pada pasar saham global, termasuk IHSG.Namun, jika Trump menerapkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas pasar, IHSG bisa mendapatkan keuntungan dari sentimen positif tersebut. Investor cenderung merespons kebijakan-kebijakan yang dianggap menguntungkan bagi perekonomian global dengan melakukan investasi lebih besar di pasar saham.

Prospek Saham-Saham Penggerak IHSG

IHSG terdiri dari berbagai saham dari berbagai sektor. Beberapa saham penggerak utama IHSG antara lain:

  1. Sektor Perbankan: Bank-bank besar seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) merupakan penggerak utama IHSG. Pertumbuhan kredit yang kuat dan penurunan suku bunga akan sangat berpengaruh terhadap kinerja bank-bank ini.
  2. Sektor Energi: Perusahaan-perusahaan energi seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga berkontribusi besar terhadap IHSG dengan dividennya yang sangat besar. Kenaikan harga komoditas energi dapat meningkatkan laba dari perusahaan-perusahaan ini dan juga akan meningkatkan dividen yang akan dibagikan ke investor. Dengan dividennya yang besar, investor saham-saham di sektor ini akan memiliki tambahan buying power untuk reinvestasi ulang dividen yang diterima untuk dibelikan saham lagi, dan itu tentu bisa jadi penggerak IHSG.
  3. Sektor Konsumer: Perusahaan-perusahaan dalam sektor konsumer seperti Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) juga menjadi penggerak IHSG. Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia akan mendorong peningkatan konsumsi produk-produk konsumer.

Kondisi Makroekonomi

Kondisi makroekonomi Indonesia akan sangat mempengaruhi IHSG pada tahun 2025-2026. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Pertumbuhan Ekonomi: Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5-6% pada tahun 2025. Pertumbuhan yang stabil akan mendukung kinerja perusahaan perusahaan di bursa saham.
  2. Inflasi: Inflasi adalah salah satu variabel makroekonomi yang perlu diperhatikan oleh investor. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat dan mempengaruhi konsumsi barang dan jasa. Pemerintah telah menetapkan target inflasi sebesar 2,5% untuk tahun 2025 dengan deviasi 1%. Ini berarti inflasi diperkirakan berada dalam rentang 1,5% hingga 3,5%.
  3. Inflasi pada bulan Oktober 2024 tercatat sebesar 1,71% year-on-year (YoY), menunjukkan bahwa inflasi masih terjaga dalam kisaran target.
  4. Kebijakan Fiskal: Kebijakan fiskal pemerintah dalam hal belanja infrastruktur dan dukungan terhadap sektor-sektor tertentu juga akan berpengaruh pada kinerja IHSG.
  5. Stabilitas Politik: Stabilitas politik di Indonesia juga menjadi faktor penting dalam menarik investasi asing dan menjaga kepercayaan investor domestik.

Inflasi

Inflasi adalah salah satu variabel makroekonomi yang perlu diperhatikan oleh investor karena dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Dalam beberapa bulan terakhir, inflasi Indonesia menunjukkan angka yang relatif terkendali :

-Pada bulan Oktober 2024, inflasi IHK tercatat sebesar 1,71% YoY.

-Inflasi inti berada pada level 2,21%, sedangkan inflasi volatile food menurun menjadi 0,89%.

Dengan target inflasi pemerintah sebesar 2,5% untuk tahun 2025 dan proyeksi inflasi dari lembaga seperti INDEF yang memperkirakan inflasi mendekati 2,8%, ada harapan bahwa inflasi dapat tetap terkendali dalam rentang sasaran. Jika inflasi dapat dikendalikan dengan baik, daya beli masyarakat akan tetap terjaga, memberikan dukungan bagi konsumsi domestik yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.


Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga merupakan faktor penting dalam proyeksi IHSG. Fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang memiliki eksposur terhadap mata uang asing:

-Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp15.300 hingga Rp16.000 per dolar AS.