EmitenNews.com - Menjamurnya jumlah Lighthouse Company atau perusahaan beraset jumbo dalam pipeline pencatatan saham perdana (IPO) Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga awal Januari 2025 mendapat sorotan.

Seharusnya, prioritas BEI adalah mendorong banyak perusahaan kelas menengah untuk Go Big With Go Public, sesuai program bursa beberapa waktu lalu. Demikian dikatakan analis Strategi Institut, Fauzan Luthsa pada media, Rabu (15/1).

“Dalam pipeline IPO, lebih banyak perusahaan beraset jumbo ketimbang menengah. Bila kita cermati, perusahaan-perusahaan raksasa yang melantai baru-baru ini penggunaan dana IPO nya lebih banyak untuk bayang utang atau menebus bagian pemilik saham lama. Tujuan melantai kok jadi seperti mengalami disorientasi,” ujarnya.

Jika dibanding dengan perusahaan menengah yang IPO, mayoritas penggunaan dana emiten kelas middle seratus persen untuk modal kerja, “ini khan memiliki impact pada ekonomi dan serapan tenaga kerja. Investor senang karena potensi valuenya akan meningkat di masa mendatang. Perusahaan-perusahaan yang seperti ini yang mesti didorong untuk mencari pendanaan di pasar modal.”

Ia mencontohkan salah satu emiten lighthouse company yang belum lama IPO, namun perusahaan tersebut selalu menjadi participant minority dalam setiap proyek sumber daya alam. 

Bahkan ada emiten jumbo yang penggunaan dananya hanya untuk pembayaran utang ke perusahaan induk dan perbankan, “perusahaan induknya telah meninggalkan sektor tersebut karena tidak ramah lingkungan dan investor ritel yang membeli saham anak perusahaan ini hanya mendapatkan emiten yang kebagian industri sunset,” tambahnya.

“Tak heran jika presiden Prabowo enggan membuka perdagangan saham di BEI pada 2 Januari lalu. Karena market hanya dikuasai pemain besar dan sirkulasi modal hanya diantara mereka. Pasar modal seperti dianggap tak memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional dan berbeda jalan dengan pemerintah,” jelas Fauzan.

Padahal jika BEI aktif mendorong berbagai perusahaan menengah untuk melantai, maka kontribusi pasar saham pada perekonomian akan nyata. “Otomatis roda ekonomi akan bergerak, karena mulai dari supplier dan rantai distribusi, penambahan tenaga kerja dan buruh yang membelanjakan gajinya dan peningkatan pembayaran pajak korporasi. Uang akan berputar di tempat yang tepat. Dan ini yang juga menjadi harapan presiden,” jelasnya.

Meski demikian ia mengapresiasi langkah BEI dan OJK yang berusaha menciptakan pasar modal yang bersih dan transparan, “namun ada bagian-bagian yang perlu dibenahi. Dan ditengah tantangan ekonomi global dan domestik, saya pikir kedua lembaga ini mesti turut mengambil porsi aktif,” tutupnya. ***