EmitenNews.com - Ekonom Dr. Handi Risza Idris, menuturkan bahwa investasi merupakan kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Namun, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Paramadina ini mencatat bahwa kontribusi investasi terhadap PDB terus menurun sejak 2015, sementara kontribusi sektor manufaktur stagnan di bawah 20%.


Ia merekomendasikan perbaikan iklim investasi melalui transparansi, birokrasi yang bersih, dan pengembangan kualitas SDM. "Untuk mencapai pertumbuhan 8%, ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) harus berada di angka 3-4, dengan total kebutuhan investasi mencapai Rp13.528 triliun dalam 5 tahun ke depan" tegas Handi.


Handi menilai arget pertumbuhan ekonomi Indonesia 8% pada era Prabowo, seperti mengulangi rencana mantan Presiden Jokowi 10 tahun lalu yang juga mempunyai rencana pertumbuhan ekonomi mendekati 8% atau 7% tepatnya.


"Dalam kenyataannya selama 10 tahun Jokowi memerintah, pertumbuhan ekonomi stuck hanya di angka 5%, jaman covid 19 bahkan sempat minus," tegasnya.


Menurutnya unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi adalah Investasi. Investasi bisa merupakan trigger bagi pertumbuhan ekonomi yang bersifat jangka panjang. Investasi merupakan salah satu pengeluaran agregat di mana peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Sementara pengeluaran barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi, dengan penambahan mesin baru, perluasan pabrik dll.


Sejak 2017-2018, nilai investasi tercatat melebihi nilai GDP. "Sayangnya, hal itu tidak pernah dialami lagi, sampai hari ini. Itu artinya, pertumbuhan investasi terus mengalami penurunan, bahkan di bawah pertumbuhan GDP itu sendiri," tandas Handi. Hal itulah yang menurutnya harus disikapi dengan baik, apalagi jika berencana ingin mencapai pertumbuhan 8%.(*)