EmitenNews.com- Ditengah badai pandemi Covid19 yang terus menerjang, industri sawit mampu menjadi salah satu industri yang mencatatkan kinerja gemilang, dengan naiknya harga CPO. Salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) mampu membuktikan eksistensinya dengan membukukan pertumbuhan laba yang cukup signifikan, berdasarkan laporan keuangan q3 tahun 2020 SSMS, Peningkatan pendapatan dipicu tren positif kenaikan harga jual rata-rata CPO.


“Pendapatan sepanjang tahun 2020 akan mencapai Rp 4 triliun. Tumbuh dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp 3,2 triliun. Pada laba bersih, kami memproyeksikan senilai Rp 500 miliar. Meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 12 miliar,” tutur Hartono Jap, Chief Financial Officer (CFO) Sawit Sumbermas Sarana Tbk.kepada EmitenNews.com, Senin (01/03).


Namun, tidak hanya itu. Konsen perusahaan terhadap  pada para pekerjanya juga tinggi. Hingga menjelang setahun pandemic covid 19 menerpa Indonesia, perseroan tidak melakukan pengurangan karyawan ataupun pengurangan gaji karyawan di masa pandemi. Hartono menambahkan, bahwa kesejahteraan karyawan SSMS merupakan fokus perseroan untuk menciptakan SDM berkualitas dalam industri sawit. Perseroan memiliki jumlah pekerja sebanyak 9000 orang mulai dari pemanen sawit hingga head office, bahkan untuk kesejahteraan para pekerja, SSMS memberikan fasilitas tempat tinggal, kesehatan dan fasilitas pendidikan bagi para pekerja dan keluarganya yang menetap di area perkebunan SSMS, di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

"Untuk para pekerja yang memanen sawit di lahan SSMS memiliki gaji take home pay sebesar Rp7 juta dan para pemungut sawit yang tercecer memiliki upah sebesar 3 juta," tegas Hartono.


Dalam  menghadapi  era  Revolusi  Industri  ke-4  atau Revolusi  Industri  4.0 menyadari peran strategis teknologi informasi yang menegaskan pentingnya investasi SDM. Untuk   itu,   Perusahaan melaksanaan  program  peningkatan  keterampilan  (up-skilling)  atau  pembaruan keterampilan  (reskilling)  para  karyawan  berdasarkan  kebutuhan kerja melalui program inhouse pada bagian Trainee and Development (TnD). “Karena menurut kami karyawan merupakan aset penting yang harus dijaga dan dikembangkan, guna menghadapi tantangan global dan kemajuan Perusahaan,” ungkapnya.


Selain itu, SSMS mengembangkan program sejak dini melalui kader Management Trainee (MT), program MT ini ditujukan untuk karyawan melatih dan membangun kemampuan dalam menghadapi situasi kerja, agar dapat berjalan dengan lebih efisien.Selain pembangunan karakter pada karyawan program MT juga dapat membuat karyawan paham pada budaya yang kami miliki.


Adanya pandemi Covid-19 bukan halangan untuk terus menjaga stabilitas operasional dan keuangan dalam meningkatkan performa Perusahaan. Pihak perusahaan  mengedepankan sinergi antar lini Perseroan, sehingga terjalinnya harmonisasi yang membuat kami semakin kuat dalam mengalami situasi sepanjang tahun 2020. "Perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting dalam perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional dan penyediaan lapangan kerja. Industri sawit saat ini merupakan salah satu sumber devisa negara," ungkap CFO emiten sawit itu.


SSMS menjadi besar dan kuat karena banyak juga kontribusi dari masyarakat sekitar dengan menjadi karyawan Perusahaan, untuk itu Perusahaan juga memberikan manfaat kembali yang besar pula bagi perekonomian masyarakat sekitar, khususnya di Pangkalan Bun. "Salah satu tujuan utama kantor pusat kami di Pangkalan Bun adalah guna mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.


Saat ini kesejahteraan  masyarakat di sekitar perusahaan cukup meningkat,  baik berupa pengelolaan hasil perkebunan sawit masyarakat maupun penyerapan tenaga kerja dari Perusahaan kami. SSMS juga memberikan bantuan fasilitas  umum,sampai menjamin  pemeliharaannya. Seperti berupa pembangunan akses jalan, pembangunan drainase dan irigasi, pembangunan tempat ibadah, menginisiasi pembangunan MCK,  kegiatan sosial serta infrastruktur pendidikan. Tahun 2019, realisasi CSR kami mencapai angka sekitar 32 miliar, tutup Hartono. (Rizki)