EmitenNews.com - Indeks-indeks Wall Street menyudahi perdagangan Jumat, 31 Januari 2025 dengan koreksi. Pelemahan itu, dipengaruhi antisipasi penerapan kebijakan tarif baru kepada sejumlah mitra dagang Amerika Serikat (AS), khususnya Kanada, Mexico, dan Tiongkok. Pengenaan tarif tersebut telah berlaku efektif pada 1 Februari 2025. 

Terlepas dari faktor itu, pergerakan indeks-indeks Wall Street juga dipengaruhi respons pasar terhadap lanjutan laporan kinerja keuangan perusahaan, termasuk Apple susut 0,7 persen karena kinerja penjualan kurang memuaskan, tapi jasa perbaikan menunjukkan kinerja memuaskan. 

Nah, dari dalam negeri, secara megejutkan, Foreign Direct Investment (FDI) membukukan pertumbuhan 33,3 persen secara tahunan alias year on year (yoy) edisi kuartal IV 2024, jauh lebih tinggi dari realisasi kuartal III 2024 di level 18,60 persen yoy. Pasalnya, secara historis, realisasi investasi umumnya mengalami perlmabatan saat transisi kepemimpinan. 

Realisasi tersebut mengindikasikan optimisme investor terhadap 100 hari kerja Prabowo-Gibran, dan memvalidasi kondisi positif indikator-indikator makro lain periode Desember 2024. Selain itu, pasar mengantisipasi data indeks manufaktur, dan inflasi posisi Januari 2025. 

Inflasi total diperkirakan naik menjadi 1,88 persen yoy periode Januari 2025 dari edisi Desember 2024 di kisaran 1,57 persen yoy. Itu memperkuat keyakinan kondisi ekonomi lebih baik edisi Desember 2024 masih akan berlanjut sampai dengan kuartal pertama 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi fluktuatif awal pekan, sebelum kembali ke minor bullish trend.

Sepanjang perdagangan pekan ini, IHSG akan menjelajahi posisi resistance terdekat 7.150-7.200, dan posisi support 7.050. menilik data itu, Phintraco menyarankan investor untuk menjala sejumlah saham berikut. Yaitu, ESSA, INKP, INDF, ELSA, SRTG, dan BTPS. (*)