IHSG Sering Turun di September: Apakah Ada Pola yang Bisa Diprediksi?

ilustrasi ihsg mengalami koreksi. Dok/Istimewa
EmitenNews.com -Pada bulan September 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan yang cukup dinamis, bahkan sempat menyentuh level all time high (ATH) di awal bulan.
Namun demikian, dalam sejarah pasar saham Indonesia, bulan September dikenal sebagai salah satu bulan yang cenderung menampilkan tekanan jual atau koreksi pasar. Fenomena ini dikenal sebagai "September Effect" atau efek musiman September, yang sering memunculkan pertanyaan bagi investor, apakah ada pola musim yang bisa diprediksi sehingga investor dapat mengambil keputusan lebih bijak.
Sebagai seorang pengamat bursa, tulisan ini akan mengupas fenomena tersebut secara mendalam. Apa sebenarnya yang memicu koreksi pada bulan ini? Sejauh mana data historis mendukung asumsi adanya pola musiman di September? Dan bagaimana investor dapat menyikapi dinamika ini, terutama bagi pemula yang ingin mengoptimalisasi portofolio mereka?
Apa itu "September Effect"?
"September Effect" merupakan istilah yang populer di dunia investasi yang merujuk pada kecenderungan pasar saham global, termasuk IHSG, untuk mengalami tekanan jual atau performa negatif selama bulan September. Pengamatan ini muncul dari data historis yang menunjukkan tren penurunan harga saham yang konsisten dalam bulan ini selama bertahun- tahun.
Di Indonesia, data menunjukkan bahwa dari 10 tahun terakhir, IHSG mencatatkan bulan September dengan kinerja negatif sebanyak tujuh kali. Ini berarti mayoritas tahun, September bukanlah bulan yang baik bagi pasar saham. Bahkan dalam lima tahun terakhir, IHSG turun sebanyak empat kali pada bulan September. Fenomena ini mengindikasikan bahwa ada faktor fundamental, teknikal, dan psikologis yang mungkin berkontribusi pada pola musiman tersebut.
Faktor Penyebab Koreksi IHSG di Bulan September
Koreksi di bulan September tidak terjadi tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang berperan penting dalam membentuk tren negatif ini, antara lain:
- Penyesuaian Akhir Kuartal dan Tahun
Bulan September menandai kuartal ketiga berakhir dan menjadi waktu bagi investor institusi melakukan rebalancing portofolio. Proses ini sering menyebabkan aksi jual saham untuk mengambil keuntungan atau mengurangi risiko, sehingga menimbulkan tekanan jual di pasar.
- Sentimen Makroekonomi Global
Bulan September dalam beberapa tahun belakangan sering diwarnai ketidakpastian global seperti volatilitas suku bunga Amerika Serikat, ketegangan geopolitik, dan pergerakan nilai tukar. Ketidakpastian ini memicu pelaku pasar untuk berhati-hati dan mengurangi eksposur risiko di pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
- Pengaruh Musiman dan Psikologis Investor
Efek musiman juga dipengaruhi oleh perilaku investor yang cenderung waspada atau pesimistis karena tren historis yang sudah terbentuk. Hal ini bisa bersifat self-fulfilling prophecy karena jika banyak investor takut akan September, mereka cenderung menjual saham lebih awal sehingga menguatkan tren penurunan.
- Kinerja Emiten dan Laporan Keuangan
Bulan September juga bertepatan dengan periode pengumuman kuartal ketiga bagi beberapa perusahaan. Jika hasil laporan keuangan tidak sesuai ekspektasi, ini dapat menjadi katalis negatif bagi harga saham dan mendorong pelemahan IHSG.
Melawan Tren : Kasus IHSG September 2025
Meskipun September sering dicap sebagai bulan negatif, kenyataannya pada tahun 2025 ini IHSG menunjukkan kekuatan luar biasa dengan mencapai rekor tertinggi di level 8.051 pada pertengahan September. Penguatan ini dipicu oleh beberapa faktor seperti pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan, serta sentimen positif dari reshuffle kabinet yang memberikan optimisme terhadap stabilitas politik dan ekonomi.
Kasus ini menunjukkan bahwa pola musiman tidak selalu absolut. Katalis internal dan eksternal yang kuat bisa menahan atau bahkan membalikkan tren negatif yang biasanya terjadi. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor selain pola historis sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi.
Apa Makna Pola Musiman Bagi Investor?
Sebagai investor, terutama yang baru belajar, mengetahui pola musiman seperti "September Effect" adalah bagian dari meningkatkan pemahaman risiko dan manajemen portofolio. Namun pola ini bukan aturan baku yang wajib diikuti tanpa analisis mendalam.
Related News

“Purbayanomics” dan Pasar Saham Kita

Strategi Senyap Investor Asing Menguasai Emiten di BEI

The Fed Longgarkan Moneter, Purbaya Perkuat Likuiditas: Tanda Bullish?

Mengelola Emosi dalam Investasi: Menjadi Investor yang Tahan Banting

Bank Himbara Raih Suntikan Rp200T, Investor Antusias IHSG Tancap Gas

Investor Tanpa Fundamental: Era Baru Tebak-Tebakan Berskala Nasional