EmitenNews.com - Langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong IPO Lighthouse Company dinilai membuat perusahaan-perusahaan berskala besar menguasai pasar modal. Perusahaan menengah yang ingin mengembangkan usahanya melalui pasar saham semakin terpinggirkan.

Sinyal kuat keterlibatan taipan terkaya di Indonesia dan urutan ke-25 di dunia, pemilik Barito Group Prajogo Pangestu dalam IPO Lighthouse Company Raharja Energi Cepu anak usaha Rukun Raharja Tbk yang digadang-gadang berkode saham RATU, membuat pemain di sektor energi praktis dikuasai segelintir perusahaan.

Hal tersebut dikatakan analis Strategi Institute Fauzan Luthsa, Selasa (3/12) kepada media. “Sistem Politik dan ekonomi kita sudah dikuasai oligarki, jangan sampai pasar modal juga mengalami nasib serupa.”

Ditambahkannya, seperti Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang berpotensi meraup dana segar sebesar Rp4,59 triliun dari IPO. Penggunaan dananya hampir sebagian besar justru untuk membayar utang ke anak dan induk perusahaan.  “Ini khan seperti saham serupa yang dijual dua kali. Tak memberi added value apapun bagi investor dan perekonomian nasional.  Malah semakin berpotensi mendominasi industri di sektor tersebut, “

Ia mencium IPO Lighthouse Company akan mengarah ke arah monopoli pasar dan menguasai perputaran modal. 

Terlebih, target BEI yang menyebut ada 25 calon emiten dan 17 diantaranya berskala besar. 

Fauzan menyayangkan langkah BEI yang lebih fokus mendorong IPO perusahaan berdana jumbo, alih-alih memperbanyak jumlah emiten. 

“Capaian target calon emiten di 2024 jauh panggang dari api dan pada 2025 memasang target lebih tinggi 66 calon emiten. Namun strateginya justru lebih pro perusahaan berdana jumbo,“ ujarnya. 

Ia mengatakan sudah sejak jauh hari sudah mengingatkan, maraknya kehadiran calon emiten berskala menengah akan memberikan dampak positif bagi pembangunan ekosistem pasar modal yang sehat. 

“Pertama, multiplier effect nya bagi perekonomian terasa. Mulai dari peningkatan pendapatan pajak, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya beli.” Fauzan menerangkan, perusahaan menengah yang IPO tujuannya adalah scale up bisnis, “tidak sekadar mempertebal kocek pemilik perusahaan.“

Kedua, akan memperkecil kesenjangan perputaran penyerapan modal antara perusahaan besar dan menengah, “akses dana publik hanya akan dinikmati perusahaan besar, sementara perusahaan kecil dan menengah semakin sulit bersaing.” 

Ketiga, investor memiliki beragam pilihan. “Jangan Lighthouse yang diutamakan, yang kecil dan menengah juga dong. Biarkan investor yang memilih mana yang akan masuk portofolio.“

Dan keempat, menghindari monopoli emiten besar dan menengah. “Akan tercipta fair trade dan ini akan membuat pasar saham semakin menarik,“ bebernya. 

“Saya berharap agar BEI sebagai Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal kembali menghadirkan Go Big With Go Public agar perusahaan-perusahaan kecil dan menengah memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan,“ tutupnya. *