Kemunculan DeepSeek dan Mitos AI: Misinformasi pada Kecerdasan Buatan
ilustrasi kecerdasan buatan. DOK/ISTIMEWA
EmitenNews.com -Kecerdasan buatan (AI) semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan, mulai dari analisis data, riset pasar, hingga pembuatan konten berbasis informasi. Disaat bursa pasar modal Indonesia sedang libur panjang selama tiga hari (perayaan Isra Mi’raj, cuti bersama harpitnas dan perayaan Imlek 2025) notifikasi handphone saya tidak berhenti memunculkan alert pergerakan saham NVIDIA yang dapat dikatakan cukup ekstrim, yang tak lama kemudian diikuti dengan maraknya pemberitaan tentang kemunculan DeepSeek Inc, startup kecerdasan buatan (AI) asal China yang mengguncang pasar teknologi global (27/1).
Tidak seperti perusahaan AI di Amerika Serikat, DeepSeek fokus pada pengembangan model AI dengan biaya rendah, menjadikannya kekuatan disruptif dalam industri AI. Deepthink-R1, model AI terbaru perusahaan ini, disebut-sebut sebanding dengan GPT-o1 milik OpenAI, tetapi dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih rendah. Sementara OpenAI, Google, dan Meta menginvestasikan ratusan juta dolar dalam riset AI, DeepSeek berhasil membangun model kompetitif hanya dengan nilai investasi di bawah 6 juta. Kunci efisiensi DeepSeek terletak pada pendekatan "Mixture of Experts" (MoE), di mana model hanya mengaktifkan sumber daya komputasi yang diperlukan, bukan menjalankan seluruh model sepanjang waktu.
Dampak Pasar: Saham Teknologi Global Terpukul
Aplikasi DeepSeek telah diunduh sebanyak 1,6 juta kali hingga 25 Januari dan menduduki peringkat No. 1 di toko aplikasi iPhone di Australia, Kanada, China, Singapura, AS, dan Inggris, berdasarkan data dari pelacak pasar App Figures.
Terobosan AI DeepSeek telah menyebabkan salah satu gangguan terbesar dalam pasar saham sektor teknologi. Hanya dalam kurun waktu seminggu sejak peluncuran model pertamanya (DeepSeek-V3), pada 27 Januari 2025 penurunan saham Nvidia mencapai 17% sehingga mengakibatkan kehilangan nilai pasar sebesar USD589 miliar, yang merupakan penurunan terbesar dalam sejarah pasar saham AS hanya dalam waktu satu hari.
Perusahaan lain yang terkait AI seperti OpenAI, Meta, Amazon, dan Microsoft juga mengalami penurunan saham yang signifikan. Investor khawatir bahwa model yang hemat biaya dari DeepSeek dapat mengurangi permintaan untuk chip AI mahal, yang akan merugikan Nvidia dan produsen chip lainnya. (“What is China’s DeepSeek and why is it freaking out the AI world?”, by Bloomberg, Saritha Rai and Newley Purnell).
AI Canggih, Tapi Bisa Jadi Berbahaya
Sebagai pengguna teknologi yang memilih untuk selalu skeptis, saya memutuskan untuk mencoba aplikasi DeepSeek, yang digadang-gadang lebih unggul dalam berbagai aspek dibandingkan GPT dan model kecerdasan buatan lainnya. Awalnya, saya sempat terkesan dengan output analisis yang dihasilkan tampak sangat mendalam, lengkap dengan referensi yang terlihat kredibel.
Saya sempat berpikir, “Wah parah sih! Ini emang beneran lebih advanced dibanding GPT!” Namun, tak lama kemudian ketika saya mulai sesi proofreading dan mencoba memverifikasi sumber datanya, ada sesuatu yang tidak beres. Setiap tautan dan referen yang disebutkan ternyata tidak bisa ditemukan di sumber aslinya. Saya kemudian mencoba meminta ulang data yang lebih konkret, dan di sinilah saya menyadari sebuah realitas yang mengejutkan—sebagian besar data yang dihasilkan oleh AI ini adalah buatan alias palsu, dan fitur Deepthink-R1 (yang memungkinkan pengguna untuk melihat step-by-step logical thinking AI system DeepSeek secara eksplisit) menerangkan bahwa sumber data yang dikutip sebenarnya hanyalah data buatan, yang di-generate khusus untuk menunjang agar output/ respon yang dihasilkan LLMs ini seolah-olah sangat realistis dan dapat dipercaya.
Deepfake Data: Ketika AI Menciptakan Fakta yang Tidak Pernah Ada
Mungkin kita sudah familiar dengan istilah deepfake, yang merujuk pada video atau gambar yang dimanipulasi menggunakan AI hingga tampak seperti nyata. Namun, ada fenomena yang lebih berbahaya: deepfake data, di mana AI dapat menyusun laporan, statistik, dan bahkan kutipan dari sumber yang sebenarnya tidak ada.
DeepSeek adalah salah satu contoh AI yang mampu menghasilkan analisis mendalam, tetapi tanpa dasar yang valid. Ini bukan hanya masalah teknis, tapi berpotensi menciptakan gelombang misinformasi dalam dunia bisnis, akademik, dan bahkan media.
Bagaimana DeepSeek Bisa Menghasilkan Data Palsu?
Sebagian besar AI berbasis teks, termasuk DeepSeek dan GPT, bekerja dengan cara memprediksi kata-kata berdasarkan pola dalam dataset pelatihannya. Artinya, mereka tidak memahami kebenaran, hanya menciptakan teks yang terdengar masuk akal. Hal inilah penyebab utama mengapa AI bisa:
??Menghasilkan laporan yang sangat meyakinkan
??Memunculkan referensi dan kutipan yang terlihat kredibel
?Tapi... sering kali data tersebut tidak benar-benar ada
Related News
Investasi Ditinggalkan, Masyarakat RI Lebih Memilih Judi Online?
Strategi Investasi Cacing-Naga dan Tren Berburu Saham Corporate Action
Pasar Modal Indonesia 2025: Prospek dan Jebakan
OJK Ambil Alih Pengawasan Aset Kripto, Apa Kata Pakar Ekonomi Digital?
Saham Gorengan dan Keberlanjutan Pasar Modal
Perspektif Islam: Menyelaraskan Investasi Saham dengan Nilai Syariah