Kemunculan DeepSeek dan Mitos AI: Misinformasi pada Kecerdasan Buatan

ilustrasi kecerdasan buatan. DOK/ISTIMEWA
Jangan pernah percaya 100% pada siapapun termasuk teknologi AI. Jika AI mengutip sumber atau memberikan referensi, cek apakah sumber tersebut benar-benar ada. Jika tidak ada, kemungkinan besar datanya buatan.
2. Bandingkan dengan Sumber Kredibel dengan menggunakan situs-situs terpercaya serta Laporan resmi perusahaan (annual reports, SEC filing).
3. Gunakan AI Hanya sebagai Alat Bantu, Bukan sebagai Kebenaran Mutlak
AI seharusnya digunakan sebagai alat bantu, bukan sumber utama kebenaran. AI hanya memproses informasi yang ada, bukan mengkonfirmasi fakta
4. Hati-hati dengan Data yang ‘Terlalu Sempurna’
Jika AI menghasilkan angka atau laporan yang terlalu rapi dan sempurna, ini bisa menjadi indikasi bahwa data tersebut dikarang agar terlihat meyakinkan.
Pengalaman saya dengan DeepSeek mengajarkan satu hal penting: jangan mudah percaya dengan AI, terutama dalam hal data dan analisis. Data palsu yang dihasilkan oleh AI dapat memiliki kualitas bahasa yang sangat tinggi, sehingga sulit untuk membedakannya dengan data yang sebenarnya. Tanpa pengawasan manusia, AI bisa menjadi mesin penyebar misinformasi terbesar di dunia. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi pengguna AI untuk memiliki kemampuan kritis dalam mengevaluasi dan memverifikasi informasi yang dihasilkan oleh AI.
Related News

Strategi Indonesia Hadapi Kebijakan Trump: Diplomasi atau Konfrontasi?

Perang Dagang AS-China Guncang Rupiah & Pasar Saham, Kita Harus Apa?

Sikap Prabowo ke Saham: Ketegasan Politik atau Ketidaktahuan Ekonomi?

Tarif Impor vs Pertumbuhan Ekonomi : Bagaimana Investor Bisa Bertahan?

Dilema Adaro: Mengapa Batu Bara Masih Mendominasi Dibanding EBT?

Dampak Tarif Impor AS: Ancaman bagi Pasar Global dan Ekonomi Indonesia