EmitenNews.com - Mayoritas indeks saham di Asia sore ini Senin (13/12) ditutup naik karena fokus perhatian investor tertuju pada pertemuan kebijakan sekitar 20 bank sentral di dunia minggu ini. Indeks MSCI Asia pacific di luar Jepang naik 0.8% setelah lompat 1.7% pada akhir pekan lalu.


"Investor tampak yakin pasar akan mampu menerima apa pun hasil pertemuan kebijakan bank-bank sentral itu, termasuk penarikan (tapering) paket stimulus moneter yang lebih cepat oleh bank sentral AS atau The Fed," urai analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.


Reaksi dingin pasar terhadap rilis data inflasi (CPI) AS pada hari Jumat lalu menurutnya mengindikasikan bahwa investor sudah mempertimbangkan (priced in) normalisasi kebijakan moneter di sebagian besar negara di dunia. "Namun dengan banyaknya pertemuan kebijakan yang berlangsung mingu ini, tentunya selalau ada risiko terjadinya kejutan dari satu atau duan bank sentral," tambahnya.


Investor juga mencernati sinyal bahwa Pemerintah Tiongkok akan mengambil langkah kebijakan untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi negara itu. Partai Komunis Tiongkok ingin menghindari kelesuan parah aktifitas ekonomi (hard landing) menjelang pergantian kepemimpinan pada pertemuan tahun depan.


Untuk itu, para pejabat Tiongkok menjanjikan potongan pajak (tax cut) dan berbagai kebijakan yang mendukung pertumbuhan (pro-growth) pada acara perencanaan tahunan dengan penekanan pada mempertahankan stabilitas pasca penurunan laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 4.9% Y/Y pada 3Q21.


Dari sisi makroekonomi, data Tankan Large Manufacturer Index yang dirilis oleh Bank of Japan (BOJ) bertahan di level 18 pada 4Q21. Tidak berubah dari level pada kuartal sebelumnya, namun berada di bawah ekspektasi pasar, 19.


"Ini adalah sebuah tanda bahwa lonjakan harga bahan mentah telah menghalangi pemulihan ekonomi Jepang dari hantaman pandemik," kata Dustin.


Perusahaan manufaktur raksasa Jepang juga meyakini kondisi ke depan akan semakin memburuk karena tingginya harga BBM dan pelemahan nilai tukar mata uang JPY akan membuat biaya impor menjadi lebih mahal. Akibatnya, ekspektasi semakin besar bahwa Jepang akan mempertahankan dukungan fiskal dan moneter yang berskala masif untuk menopang pemulihan ekonomi yang masih rentan.


Statistik
IHSG: 6,662.87 | +9.95 poin |(+0.15%)
Volume (Shares) : 28.2 Billion
Total Value (IDR) : 12.1 Trillion
Market Cap (IDR) : 8,384.1 Trillion
Foreign Net SELL (RG): IDR 536.7 Billion
Saham naik : 270
Saham turun : 248


Sektor Kenaikan Tertinggi:
Teknologi : +55.54 poin
Transportasi & Logistik : +48.95 poin
Konsumen Non-Primer : +21.23 poin


Top Gainers:
BRAM : 12,725| +1,950| +18.10%
SMMA : 13,000| +1,700| +15.04%
ABDA : 7,175| +975| +15.73%
TECH : 9,550| +800| +9.14%
MASA : 6,500| +800| +14.04%


Top Losers:
DCII : 40,500| -1,750| -4.14%
UNTR : 22,025| -975| -4.24%
IBST : 7,650| -550| -6.71%
DSSA : 49,000| -500| -1.01%
UNIC : 12,450| -500| -3.86%.(fj)