EmitenNews.com—Kinerja penerimaan pajak Indonesia tumbuh sebesar 55,7% pada semester I 2022. Tingginya harga komoditas menjadi pendorong utama penerimaan pajak, yang juga ditopang oleh pemulihan ekonomi.

 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa penerimaan pajak per semester I 2022 mencapai Rp868,8 triliun, tumbuh 55,7% secara tahunan. Kinerja tersebut membuat penerimaan pajak telah mencapai 58,4 % dari target tahun ini, sesuai Peraturan Presiden (Perpres) 98/2022.

 

Pemerintah meraup pajak penghasilan (PPh) non migas hingga Rp519,6 triliun, pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) Rp300,9 triliun, serta PPh migas Rp43 triliun. Perolehan pajak bumi dan bangunan (PBB) serta pajak lainnya tercatat Rp4,8 triliun.

 

Dari keempat golongan tersebut, PPh Non Migas mencatatkan realisasi tertinggi terhadap targetnya dalam anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ), yakni mencapai 69,3%. Indonesia mendapat berkah dari kenaikan harga komoditas. "Ini kenaikan yang luar biasa kuat, 55,7%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (27/7).

 

Perolehan PPh migas tercatat telah mencapai 66,4%dari target tahun ini, menjadi pencapaian kedua tertinggi. Lalu, perolehan PPN dan PPnBM mencatatkan kontribusi ketiga terbesar terhadap penerimaan pajak telah mencakup 47,08%, menunjukkan bahwa konsumsi, investasi, dan ekspor turut mendorong penerimaan pajak.

 

Sri Mulyani menyebut ada beberapa faktor yang sejumlah tumbuhnya penerimaan pajak semester pertama tahun ini begitu tinggi. Dia tak memungkiri bahwa tingginya harga komoditas menjadi pendorong utama penerimaan pajak. Lalu, basis penerimaan pajak semester I 2021 yang rendah membuat pertumbuhan kali ini menjadi sangat besar.

 

Sri Mulyani juga mengakui bahwa pemulihan ekonomi berkontribusi positif terhadap penerimaan pajak. "Juga adanya pelaksanaan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan [UU HPP], baik untuk [capaian kinerja] Juni ini,"  ujar Sri Mulyani.

 

Disisi lain, anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN mencatatkan surplus 0,39% pada Juni 2022, membaik dari posisi tahun lalu yang masih defisit. Dengan demikian APBN Indonesia selalu surplus sepanjang periode Semester I 2022

 

Pada Juni 2022, APBN mencatatkan surplus Rp73,6 triliun. Nilainya setara dengan 0,39%terhadap produk domestik bruto (PDB). Kondisi APBN per Juni 2022 berbalik positif dari Juni 2021 yang defisit Rp283,2 triliun atau 1,72%terhadap PDB. Namun, capaiannya ternyata lebih rendah dari Mei 2022 yang surplus Rp132,2 triliun atau 0,74%terhadap PDB.