Pertumbuhan Kredit 2025 Diperkirakan Meningkat Jadi 11-13 Persen
Pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2024 diprakirakan terjaga dalam sasaran 10-12% dan terus meningkat pada tahun 2025 dalam kisaran 11-13%.
EmitenNews.com - Stabilitas sistem keuangan (SSK) pada semester I 2024 terjaga di tengah peningkatan tekanan eksternal seiring berlanjutnya ketidakpastian global. Indeks SSK pada level yang terjaga didukung ketahanan perbankan dan Industri Keuangan Nonbank (IKNB), serta terjaganya kinerja korporasi dan Rumah Tangga (RT).
Peningkatan tekanan eksternal berdampak terbatas pada sektor keuangan, sebagaimana tecermin pada akselerasi pertumbuhan intermediasi dan permodalan. Kebijakan makroprudensial akomodatif memberikan ruang bagi pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan demikian, prospek intermediasi perbankan tetap kuat, outlook pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2024 diprakirakan terjaga dalam sasaran 10-12% dan terus meningkat pada tahun 2025 dalam kisaran 11-13%.
Demikian fokus utama buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 43, September 2024 yang bertema “Menjaga Resiliensi, Melanjutkan Momentum Pertumbuhan", yang diluncurkan bersamaan dengan Kalkulator Hijau. Peluncuran dilakukan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), di Jakarta, Rabu (02/10).
Deputi Gubernur BI, Juda Agung menyebut ada 3 tantangan SSK yang perlu menjadi perhatian bersama. Pertama, adanya pergeseran lansekap perekonomian dunia sejalan dengan semakin meredanya ketidakpastian kebijakan moneter negara maju dan melambatnya tekanan inflasi global.
"Tentunya siklus keuangan global yang melonggar ini dapat kita manfaatkan untuk mendorong pembiayaan ekonomi di tengah meningkatnya kebutuhan pembiayaan ekonomi domestik," katanya.
Kedua, risiko operasional yang muncul dari digitalisasi keuangan dalam bentuk ancaman siber, risiko fraud, dan risiko operasional dari layanan penyedia teknologi kritikal. Ketiga, risiko perubahan iklim yang termaterialisasi menjadi risiko fisik dan risiko transisi.(*)
Related News
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN
Ajak Investor Inggris Investasi di EBT, Menteri Rosan Buka Peluangnya
PKPU Pan Brothers (PBRX) Soal Utang Rp6,25T Diperpanjang 14 Hari
Maya Watono Kini Pimpin InJourney, Ini Profilnya
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram