EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (13/7) pagi menguat 127 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp14.964 per dolar AS. Rupiah menguat dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.091 per dolar AS.


Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan penguatan rupiah terhadap dolar AS pada Kamis pagi dipengaruhi oleh optimisme pelaku pasar pada periode akhir kebijakan moneter ketat melalui kenaikan suku bunga The Fed untuk memerangi inflasi di AS.


Indikasinya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih rendah dibanding perkiraan para analis. "Per Juni 2023, data inflasi IHK sebesar 3 persen, sedangkan perkiraan dari para analis ialah 3,1 persen," kata RUlly pagi ini.


Hasil survei menunjukkan 92 persen responden meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 5,25-5,50 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini.


Selain itu, penguatan rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini yang menguat 0,66 persen atau 100 poin menjadi Rp14.975 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.075 per dolar AS mengindikasikan peningkatan risiko pada emerging market dan adanya penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.


"Indikasi peningkatan selera risiko berinvestasi dapat dilihat dari peningkatan minat investor asing pada obligasi pemerintah Indonesia," ucap Rully.


Dolar AS jatuh ke level terendah dalam lebih dari setahun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah indeks harga konsumen (IHK) AS untuk Juni menunjukkan laju inflasi melambat ke level terendah sejak 2021 menunjukkan Federal Reserve mungkin harus menaikkan suku bunga hanya sekali lagi tahun ini.(*)