EmitenNews.com - PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menyambut hangat kebijakan pemerintah Swiss yang mengizinkan masuknya produk CPO Indonesia. Penandatanganan perjanjian perdagangan bebas antara RI-Swiss, yang mengizinkan impor crude palm oil (CPO) Indonesia itu, dinilai positif dan patut disyukuri. Meski nilai perdagangan dengan Swiss tidak besar, namun persetujuan ini akan mendorong branding produk sawit RI yang dipastikan sudah berstandar global.


"Meski tradingnya nggak besar, Swiss dari segi branding impactnya sangat besar. Karena kalau Swiss yang biasa menerapkan standar tinggi bisa terima CPO Indonesia, berarti minyak kelapa sawit kita sudah memenuhi standar dunia," kata Direktur Keuangan PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), Hartono Jap kepada EmitenNews.com, Kamis (11/3/2021).


Hartono berharap, penerimaan Swiss itu, membuka mata negara-negara lain terutama di kawasan Eropa juga, agar segera membuka pintu bagi produk Indonesia. Produk minyak sawit Indonesia, lumayan besar permintaannya. Antara lain dari China, India, bahkan Afrika. Kalau ada tambahan dari Eropa, kata dia, tentu lebih bagus lagi.


Dengan membaiknya tren harga CPO dunia, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk menargetkan bisa memproduksi 520,000 Mt minyak sawit mentah atau crude palm oil tahun 2021. Itu artinya, ada kenaikan 10 persen hingga 15 persen dibandingkan dengan realisasi produksi tahun 2020. Kecenderungan naiknya harga CPO global seperti saat ini merupakan momentum tepat untuk menggenjot produksi CPO.


"Kami yakin harga CPO masih dalam tren kenaikan seiring dengan dampak La Nina dan CPO dunia yang sudah melewati masa produksinya," katanya, kemarin.


Selain itu, secara jangka panjang produksi CPO perseroan dipastikan terus meningkat seiring dengan profil perkebunan yang masih berada pada usia produksi prima. Dalam rangka optimalisasi produksi CPO, SSMS memenuhi kebutuhan bahan baku antara lain dengan membeli buah sawit dari pihak ketiga, selain produk SSMS dan grup.


Saat ini hilirisasi SSMS menghasilkan produk RBDPO (refined, bleached, and deodorized palm oil) tetapi belum sepenuhnya memenuhi kapasitas. Oleh karena itu kapasitas secara bertahap akan ditingkatkan dengan produk-produk turunan lainnya.


Peningkatan kapasitas ini didukung dengan selesainya proses akuisisi saham PT Citra Borneo Utama (CBU) oleh SSMS pada Desember 2020.


Seperti diketahui Kementerian Perindustrian berkomitmen mempertahankan kesepakatan kerja sama Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership (IE-CEPA). Kesepakatan itu, selaras dengan hasil referendum Swiss, 7 Maret 2021. Sekitar 51,6 persen penduduk Swiss sepakat mendukung IE-CEPA. Skema perjanjian perdagangan komprehensif IE-CEPA berpeluang meningkatkan akses pasar produk industri Indonesia, termasuk produk sawit dan berbagai turunannya.


”Secara keseluruhan IE-CEPA telah concluded pembahasannya oleh para pihak (Indonesia dan EFTA),” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto, di Jakarta, Selasa (9/3/2021).


Pada dasarnya, Swiss tidak perlu khawatir dengan isu keberlangsungan produk sawit Indonesia dan turunannya. Sejauh ini Indonesia telah menerapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.


Karena itulah, menurut Eko, Swiss tidak seharusnya membuat syarat baru dalam bentuk apa pun. Misalnya, peraturan soal keberlangsungan produk sawit dan turunannya (palm oil sustainability) asal Indonesia. ”Kami mendukung pemberlakuan sistem sertifikasi ISPO untuk meningkatkan daya saing produk sawit Indonesia dan turunannya di pasar ekspor. Tren konsumen ke depan semakin concern pada aspek keberlanjutan.” *