Sebut IPO Untuk Bayar Utang Tak Masalah, OJK Bilang Belum Ada Calon Emiten BUMN Lagi
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi saat memberikan sambutan dan paparan kepada Media dalam acara HUT Pasar Modal di Jakarta. Foto/Rizki
Adapun PHE mengumumkan penundaan rencana IPO tahun ini. VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan IPO PHE tidak dilaksanakan pada saat ini karena perlu mencari waktu yang tepat.
Fadjar menjelaskan beberapa hal yang menjadi pertimbangan di antaranya seiring dinamika kondisi pasar modal dunia dan Asia Tenggara sepanjang tahun 2023 akibat tekanan dari pengaruh resesi global. Dari sisi makro ekonomi global, trend peningkatan suku bunga The Fed menambah beban ekonomi emerging market untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I, Gede Nyoman Yetna, membeberkan perusahaan aset besar di atas Rp 250 miliar masih tinggi dalam antrean IPO. Masih ada 11 perusahaan aset skala besar dalam pipeline IPO."Kalau kategori jumbo masih ada. Dari sisi aset karena memang sizing itu berdasarkan aset sesuai dengan POJK, nanti fundraise saya akan sampaikan yang kategorinya berapa triliun. Itu saya akan sampaikan jadi jumbo dilihat dari beberapa sisi ya," ujarnya.
Dirinya juga mengaku optimis pasar IPO tahun ini kembali memecahkan rekor. "Mudah-mudahan dari total perusahaan tercatat tahun ini memecahkan rekor lagi, karena jumlahnya hari ini sudah 55,"kata Nyoman.
Sebelumnya, BEI telah memecahkan rekor dengan mencatatkan sebanyak 59 perusahaan pendatang baru di pasar modal Indonesia pada 2022 atau terbanyak sejak 1992 (sejak privatisasi BEI). Sampai Senin (7/8) tercatat 55 perusahaan melangsungkan initial public offering (IPO) di BEI dengan dana dihimpun mencapai Rp48,8 triliun.
BEI juga merevisi target jumlah pencatatan efek baru yang melantai sepanjang 2023 menjadi 200 perusahaan di semua instrumen, atau meningkat signifikan dari target semula sebanyak 130 perusahaan. Adapun, instrumen yang dimaksud meliputi saham, obligasi, waran, kontrak investasi kolektif baru yang mencatatkan exchange traded fund (ETF), dana investasi real estate (DIRE), dan efek beragun aset (EBA).“Bursa memberikan perhatian dan upaya-upaya kepada semua instrumen,”kata Nyoman.
Related News
OJK Awasi Ketat Pinjol KoinP2P, Ini Alasannya
Pendapatan dan Laba JSPT Kompak Menguat per September 2024
IDX Gelar Ring the Bell for Climate & Closing Ceremony
IHSG Turun Tipis di Sesi I, ISAT, TLKM, ESSA Top Losers LQ45
Hasil Survei, BI Tangkap Sinyal Penghasilan Warga Bali Tumbuh Positif
BEI Pangkas Syarat NAB Pencatatan Reksa Dana Jadi Rp1M, Ini Tujuannya