EmitenNews.com - Korban meninggal akibat erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12/2021) sore, bertambah lagi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban meninggal dunia akibat bencana awan panas guguran itu, kini mencapai 39 orang. Bertambah 5 korban dari data sebelumnya yang masih 34 korban tewas. Kemungkinan masih bertambah, karena masih ada belasan orang yang dinyatakan hilang.


"Per hari ini, tercatat korban meninggal dunia 39 orang dan hilang 13 orang," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melalui keterangan tertulis, Kamis (9/12/2021).


Petugas di lapangan masih melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap korban meninggal. Petugas juga terus melakukan pencarian terhadap warga yang hilang. Targetnya, pencarian dilakukan hingga enam hari ke depan di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh dan Desa Curah Kobokan.


Terkait alokasi tempat pengungsian, posko masih mengidentifikasi fasilitas pendidikan yang aman dan dapat dimanfaatkan untuk pemindahan para penyintas.


Luncuran awan panas itu juga menyebabkan aset warga dan fasilitas umum rusak parah. Rinciannya, rumah 2.970, sapi 764 ekor, kambing 684, dan unggas lainnya 1.578 ekor. Fasilitas umum terdampak antara lain sarana pendidikan 42 unit, sarana ibadah 17, fasilitas kesehatan 1, dan jembatan rusak 1.


Data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru pada Rabu (8/12) menyebutkan, penyintas berjumlah 6.022 jiwa yang tersebar di 115 titik pos pengungsian.


Posko terus memutakhirkan data warga terdampak maupun mengungsi di wilayah Kabupaten Lumajang, Malang dan Blitar. Sebaran jumlah penyintas paling banyak di Kecamatan Candipuro, 2.331 orang, Kecamatan Pasirian 983 orang, Pronojiwo 525, Tempeh 554, Sumbersuko 302, dan Lumajang 271.


Di luar itu, Pasrujamber 212, Sukodono 204, Kunir 127, Tekung 67, Senduro 66, Padang 62, Jatiroto 59, Kedungjajang 50, Klakah 45, Yosowilangun 40, Rowokangkung 37, Ranuyoso 26, Randuagung 24, Tempusari 23, dan Gucialit 14.


Dalam rapat koordinasi posko disebutkan, sejumlah pelayanan dasar menjadi perhatian petugas di lapangan untuk dioptimalkan. Misalnya operasional dapur umum untuk menambah kapasitas masakan, kebutuhan toilet portabel dan ruang yang lebih nyaman untuk warga penyintas. ***