EmitenNews.com - Tobat sudah produsen beras nakal. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan sebagian produsen beras yang sebelumnya terlibat praktik curang, termasuk pengoplosan dan pengemasan ulang beras curah, mulai mengakui kesalahannya dan memperbaiki kualitas produknya.

Mentan Andi Amran Sulaiman Amran mengemukakan hal tersebut dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Meski belum seluruhnya yang membuat ‘pengakuan dosa’, dan memperbaiki perilaku, tetapi yang sebagian itu sudah membahagiakan. Karena, selain mengakui kesalahan, mereka sudah menarik produknya, dan mengganti harganya. 

“Harganya sudah standar dan kualitasnya sama. Itu yang terjadi. Ini sudah ada perubahan. Ini sangat drastis," ungkap Amran Sulaiman.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi juga mengaku sudah bertemu dengan para pengusaha nakal itu. Para pengusaha pemilik merek beras yang sedang tersandung kasus beras oplosan juga sudah mengakui kesalahannya, dan berjanji memperbaikinya, serta tidak akan mengulanginya.

Dalam pertemuan membahas persoalan beras oplosan dan tidak sesuai label kemasan itu, Arief Prasetyo Adi meminta mereka melakukan perbaikan mandiri atau self-correction.

"Beberapa CEO atau pemilik merek beras ini ketemu saya kemarin, hari ini masih berkomunikasi dengan saya. Saya minta mereka menertibkan, jadi self-correction. Jangan sampai nanti ke depan masalahnya sama. Masak orang-orang sudah ke bulan kita masih bicarakan masalah premium-medium, ya ini yang harus kita perbaiki," kata Arief Prasetyo Adi kepada wartawan usai rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Kamis (17/7/2025).

Arief juga mengimbau pengusaha tersebut melakukan pengecekan dan kontrol kualitas terhadap masing-masing produknya. Bila perlu, perusahaan juga dapat melakukan pengecekan di laboratorium dengan lembaga independen untuk membuktikan kualitas produknya.

"Cek lab dari masing-masing produk mereka, dari surveyor yang independen. Supaya bisa dibuktikan bahwa memang broken-nya sesuai 15%, kadar airnya 14%. Nggak sulit. Kan brand-nya di independent surveyor cek, dan nanti cek lab-nya kita sampaikan aja ke Satgas Pangan, sebagai balancing apabila informasinya dirasakan tidak pas," ungkapnya.

Sejauh ini Bapanas terus melakukan review atas kasus dugaan pelanggaran mutu, kualitas, hingga pengoplosan beras. Pihaknya juga bekerja sama dengan kementerian/Lembaga terkait untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melaporkan ratusan pengusaha beras ke Kapolri dan Jaksa Agung usai mengungkap praktik kecurangan dengan potensi kerugian konsumen mencapai Rp99 triliun.

Temuan tersebut merupakan hasil kerja lapangan Kementerian Pertanian bersama Satgas Pangan, Kejaksaan, Badan Pangan Nasional, dan unsur pengawasan lainnya.

Dari 268 merek beras yang diuji di 13 laboratorium di 10 provinsi, sebanyak 212 merek ditemukan bermasalah. Data Kementan menunjukkan bahwa 85,56% beras premium tidak sesuai mutu, 59,78% dijual di atas harga eceran tertinggi (HET), dan 21% memiliki berat kurang dari yang tertera di kemasan.

"Sebanyak 212 merek beras dari total 268 merek yang diperiksa diketahui tidak sesuai dengan ketentuan mutu, berat, dan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Ini sangat merugikan masyarakat," kata Mentan Andi Amran Sulaiman. ***