EmitenNews.com - Pelabuhan Peti Kemas Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, dikembangkan menjadi green port pertama di Indonesia dalam langkah menuju pengurangan emisi karbon dan meningkatkan keberlanjutan pembangunan.

Proyek ini merupakan upaya kolaboratif antara PT Persero Batam dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) untuk menciptakan pelabuhan yang ramah lingkungan, dengan mengintegrasikan teknologi dan praktek operasional yang menekan dampak negatif terhadap lingkungan.

"Peralatan pelabuhan seperti quay crane (QC) dan rubber tyred gantry (RTG) berbasis energi listrik. Direncanakan akan tiba pada bulan April 2025, kami harap ini dapat mengurangi emisi karbon pada keberlangsungan operasional sehari-hari," kata General Manager Pengembangan PT Persero Batam Fikri Amrullah Muryasani di Batam, Jumat.

Selain itu, Pelabuhan Batu Ampar juga akan dilengkapi dengan sistem shore connection yang memungkinkan kapal-kapal untuk terhubung dengan jaringan listrik pelabuhan, sehingga emisi saat berlabuh dapat ditekan lebih rendah.

Dalam aspek konstruksi, Manajer Proyek Pembangunan Container Yard dan Infrastruktur Pendukung Terminal Peti Kemas Batu Ampar PT WSBP Ahmad Fariz menjelaskan bahwa pengelolaan limbah menjadi salah satu prioritas untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar pelabuhan.

"Kami memiliki tempat penyimpanan khusus untuk limbah konstruksi di area proyek, serta fasilitas pengelolaan sampah organik dan anorganik di salah satu gedung kami," ujarnya.

Manajer Komunikasi Perusahaan dan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) WSBP Indra Kurnia mengatakan, perusahaan juga melakukan berbagai inovasi ramah lingkungan dalam bahan material serta memikirkan dampak jangka panjang, dengan menanam pohon trembesi.

Salah satu contohnya adalah penggunaan fly ash sebagai bahan campuran ready mix beton, dan penggunaan mortar foam, yang mengurangi kebutuhan penggunaan alat berat sehingga emisi dapat ditekan.

"Sejak Oktober, kami berkomitmen menanam satu pohon trembesi untuk setiap sepuluh produk beton yang terkirim. Pohon ini memiliki kapasitas penyerapan karbon yang tinggi, hingga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pohon biasa," katanya.