BI Turunkan PLM Jadi 4 Persen, Bakal Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Bank Indonesia. Dok. BeritaSatu.
EmitenNews.com - Penurunan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) dipercaya bakal meningkatkan likuiditas perbankan, dan pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia (BI) menurunkan Penyangga Likuiditas Makroprudensial sebesar 100 basis poin (bps) dari 5% menjadi 4% untuk bank umum konvensional (BUK). Untuk bank syariah turun dari 3,5% menjadi 2,5%.
Keputusan BI ini mulai berlaku efektif Juni 2025. BI terakhir menurunkan PLM pada Oktober 2023.
"Penurunan ini ditujukan untuk memberikan fleksibilitas dan berlaku efektif Juni 2025," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (21/5/2025).
PLM adalah cadangan likuiditas yang wajib dipelihara oleh bank untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mencegah terjadinya krisis likuiditas.
BI mencatat, penurunan PLM dapat berdampak pada peningkatan likuiditas di perbankan, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia melaporkan ketahanan likuiditas meningkat
Sementara itu, Bank Indonesia melaporkan ketahanan likuiditas hingga dua bulan pertama tahun ini terbilang kuat. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) per Februari 2025 sebesar 26,32%.
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya AL/DPK perbankan meningkat tipis. AL/DPK per Januari 2025 sebesar 26,03%.
"Ketahanan perbankan tetap kuat mendukung stabilitas sistem keuangan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Rabu (19/3/2025).
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan pada Januari 2025 tercatat tinggi sebesar 27,01%.
Bank Indonesia akan ikut membantu ketersediaan likuiditas dengan menyalurkan kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) sebesar Rp 291,8 triliun hingga minggu kedua Maret 2025.
Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) adalah insentif yang diberikan Bank Indonesia (BI) berupa pengurangan giro bank di BI untuk pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM), dengan tujuan mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas, termasuk properti.
Dari total penyaluran tersebut, masing-masing kelompok bank BUMN memperoleh Rp125,7 triliun, bank umum Rp132,8 triliun, BPD Rp27,9 triliun dan kantor cabang bank asing Rp5,4 triliun per minggu kedua Maret 2025.
Dalam setahun terakhir, likuiditas perbankan di Indonesia mengetat. Hal ini terlihat dari rasio simpanan terhadap kredit atau loan to deposit ratio (LDR) kian mendekati 90%.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Desember 2024, LDR industri perbankan mencapai 89,05%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi bulan-bulan sebelumnya. Sebagai informasi per September 2024, LDR industri perbankan masih berada di posisi 86,91%
LDR adalah salah satu indikator untuk menggambarkan kondisi likuiditas perbankan atau kemampuan bank memenuhi kebutuhan jangka pendek. LDR merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun.
Bank Indonesia mengatur bahwa batas bawah LDR adalah 78% dan batas atas 92%. Apabila LDR berada di bawah 78%, artinya bank bisa dibilang tidak menjalankan fungsi intermediasi karena tidak menyalurkan kredit dengan optimal. Akan tetapi apabila mencapai 92%, artinya bank sudah memberikan sinyal likuiditas yang menipis. ***
Related News

Kontraktor Tantang Kolaborasi Kalau Pemerintah Serius Dongkrak Lifting

BI Longgarkan Likuiditas dan RPLN Mulai 1 Juni 2025

BI Turunkan Suku Bunga Acuan di Level 5,50 Persen

Siapkan Dana Rp160M, LPS akan Kembangkan Infrastruktur Digital BPR

OJK Terbuka Berikan Izin Usaha Bulion bagi Jasa Keuangan Lain

Kemenkum Tetapkan Jangka Waktu Pendaftaran Merek Maksimal 6 Bulan