Pasalnya, kondisi global saat ini sangat tidak menguntungkan bagi sektor usaha kecil ini. Misalnya, kondisi geopolitik dunia, konflik Palestina dan Israel, dan pemilu serentak 2024. Kondisi ini berdampak negatif terhadap UMKM Indonesia, terutama UMKM yang sebagian besar bahan bakunya impor.

 

“Pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan harga bahan baku impor, dan meningkatnya ketidakpastian di pasar, dapat menyebabkan meningkatnya biaya produksi, menurunnya daya saing, dan meningkatnya risiko kerugian bagi UMKM,” katanya.

 

Untuk itu, Hardjuno meminta pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak kondisi global tersebut terhadap UMKM Indonesia. Ia menyebutkan, perlu kerja sama lintas sektor untuk memberikan dukungan kepada UMKM. 

 

Di antaranya, memberikan subsidi untuk bahan baku impor, memberikan pelatihan untuk meningkatkan efisiensi produksi, dan memberikan dukungan untuk pengembangan produk inovatif.

 

Hardjuno meminta UMKM untuk melakukan beberapa hal untuk mengurangi dampak kondisi global tersebut. Antara lain menggunakan bahan baku lokal, meningkatkan efisiensi produksi, dan mengembangkan produk yang inovatif.

 

“UMKM harus jeli melihat peluang dan tantangan, serta harus siap untuk melakukan adaptasi,” ulasnya.

 

Lebih lanjut, Hardjuno menjelaskan aktivitas di SHW Center ini selaras dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu program MBKM ini adalah Wirausaha Merdeka.

 

“Ini salah satu program unggulan dalam kerangka kebijakan MBKM yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa memperoleh pembelajaran di bidang kewirausahaan selama satu semester di perguruan tinggi pelaksana terpilih,” pungkasnya. ***