EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,32 persen menjadi 7.287. Faktor-faktor positif masih dari euforia penyesuaian tarif resiprokal Indonesia 19 persen dari 32 persen, penurunan BI Rate menjadi 5,25 persen, beberapa berita positif individual emiten, dan menjelang earning season kuartal II 2025. 

Likuiditas mulai meningkat di pasar, terlihat dari value transaksi atas nilai rata-rata harian. Empat dari 11 sektor membukukan kenaikan, dengan saham sektor teknologi mencatat kenaikan terbesar. Kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat (AS) diharap meningkatkan daya saing ekspor Indonesia. 

Itu karena hingga saat ini, tarif Indonesia terendah kedua kawasan Asean, setelah Singapura. Selain itu, tercapai kesepakatan penyelesaian perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

Kesepakatan itu, diharap juga berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa. Sedangkan penurunan BI Rate diharap dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah indikasi melemahnya daya beli masyarakat akhir-akhir ini. Secara teknikal, indikator MACD menunjukkan pelebaran slope positif didukung kenaikan histogram positif. 

Indikator accumulation/distribution menunjukkan akumulasi volume, dan mendukung tren penguatan. So, indeks diperkirakan berpotensi menguji level resistance 7.300-7.325, namun perlu diwaspadai aksi profit taking jangka pendek pada akhir pekan didukung indikator Stochastic RSI berada di area overbought. 

Menilik data dan fakta itu, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, J Resources (PSAB), Telkom Indonesia (TLKM), Harum Energy (HRUM), Jasa Marga (JSMR), dan Sumber Alfaria alias Alfamart (AMRT). (*)