EmitenNews.com -Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah dilewati dengan beragam dinamika ekonomi nasional yang kompleks. Saat memulai masa jabatannya, pemerintah menghadapi tantangan global yang signifikan, mulai dari ketidakpastian geopolitik, fluktuasi harga komoditas dunia, hingga dampak kebijakan perdagangan internasional. Meski demikian, kinerja ekonomi Indonesia tetap menunjukkan tren yang positif dan resilien di tengah situasi tersebut.

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) bekerja sama erat untuk menjaga stabilitas makroekonomi, terutama dengan mengendalikan inflasi yang berada di kisaran sasaran 2,5% ± 1%. BI telah menjalankan kebijakan moneter yang prudent dengan memberikan likuiditas besar-besaran ke sektor perbankan guna mendorong kredit, terutama ke sektor produktif dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan stabil di sekitar 5% sepanjang tahun 2025. Stabilitas ini merupakan hasil sinergi antara kebijakan fiskal pemerintah dan kebijakan moneter BI yang seimbang serta tepat sasaran.

Kebijakan Strategis dan Stimulus Fiskal yang Terarah

Presiden Prabowo mengumumkan berbagai kebijakan strategis yang bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat pertumbuhan ekonomi secara inklusif. Paket stimulus yang diluncurkan meliputi kenaikan upah minimum provinsi, optimalisasi distribusi bantuan sosial, pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), serta berbagai stimulus sektor pariwisata dan tarif transportasi selama periode Ramadan.

Selain itu, pemerintah menyiapkan program-program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang digiatkan untuk mendorong pendanaan sektor produktif, serta program makan bergizi gratis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin.

Selain fokus pada jangka pendek dan menengah, pemerintah juga tengah melakukan reformasi struktural, termasuk penguatan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Danantara, sebuah badan pengelola investasi nasional. Langkah ini diambil sebagai upaya mengonsolidasikan sumber daya ekonomi dan meningkatkan efisiensi perusahaan negara guna mempercepat pembangunan infrastruktur dan dukungan industri.

Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil dan Resilien

Secara makro, ekonomi Indonesia selama tahun pertama pemerintahan Prabowo–Gibran cukup stabil dengan pertumbuhan yang solid di sekitar 5%. Meskipun beberapa sektor merasakan tekanan dari perlambatan permintaan global, neraca perdagangan Indonesia tetap mencatat surplus, didukung oleh ekspor komoditas unggulan dan produk pengolahan yang kompetitif. Stabilitas nilai tukar rupiah juga tercapai dengan baik, mencerminkan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi nasional.

Inflasi terus berada dalam kendali, terutama di bawah target yang ditetapkan, berkat pengelolaan harga pangan dan energi yang efektif serta kebijakan moneter yang disiplin. Hal ini memastikan daya beli masyarakat tetap kuat dan menopang konsumsi domestik sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga berhasil mengendalikan distribusi subsidi secara efektif, sehingga manfaat bantuan sosial dapat tepat sasaran tanpa menimbulkan distorsi pasar.

Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja dan UMKM sebagai Tulang Punggung Ekonomi

Fokus lain dari pemerintahan ini adalah peningkatan kualitas dan kuantitas lapangan kerja, terutama bagi generasi muda dan sektor informal yang selama ini menjadi tantangan serius. Melalui paket stimulus dan program pelatihan kerja serta magang, pemerintah berupaya mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan keterampilan angkatan kerja. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus diperluas untuk memperkuat UMKM sebagai motor penggerak ekonomi nasional yang turut menyerap banyak tenaga kerja.

Kebijakan ini berhasil menciptakan efek ganda berupa peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat, sekaligus memperkuat basis ekonomi domestik. Meski masih terdapat pekerjaan rumah dalam hal pemerataan kesempatan, langkah-langkah ini menandai perubahan positif dalam pola pembangunan kapital dan sumber daya manusia.

Tantangan dan Risiko yang Masih Dihadapi

Meski banyak capaian positif, tidak dapat disangkal bahwa masih ada tantangan berat yang harus dihadapi pemerintah. Ketidakpastian geopolitik global dan perlambatan ekonomi dunia tetap menjadi faktor risiko utama yang bisa menimbulkan volatilitas pasar dan memengaruhi investor asing. Di dalam negeri, tantangan seperti ketergantungan pada ekspor komoditas primer, peningkatan produktivitas sektor manufaktur, serta pengelolaan utang dan defisit anggaran masih menjadi perhatian.

Selain itu, reformasi struktural untuk mempercepat proses investasi dan memperbaiki iklim usaha perlu didorong lebih kuat. Kebijakan fiskal harus terus diarahkan agar mampu mendanai prioritas pembangunan tanpa menimbulkan tekanan inflasi dan defisit yang berkelanjutan. Koordinasi antar lembaga keuangan dan pemerintah harus terus ditingkatkan guna menjaga kesinambungan pertumbuhan yang inklusif dan stabil.

Refleksi dan Harapan ke Depan

Melihat perjalanan setahun pemerintahan Prabowo–Gibran, dapat dikatakan bahwa arah kebijakan ekonomi sudah berada di jalur yang benar, meski jalan yang ditempuh tidak selalu mulus. Prioritas pada stabilitas makroekonomi, pertumbuhan yang inklusif dengan memperkuat UMKM dan penyerapan tenaga kerja, serta reformasi struktural menjadi fondasi yang kuat untuk membangun Indonesia yang lebih berdaya saing.