Pada perdagangan kemarin, Kamis 19 Oktober 2023, IHSG kembali melanjutkan pelemahan cukup signifikan. IHSG di tutup pada level 6,846.43 terkoreksi -81.479 poin  (-1.18%)    dengan Volume (Shares) : 24.26 miliar, Total Value Rp12.03 triliun dan Market Cap (IDR) di 10,636.76 Triliun dengan catatan Saham naik sebanyak 147 dan Saham turun 404.

 

Sektor Penekan IHSG kemarin adalah Basic materials: -13.96 poin, Keuangan: -11.41 poin dan Konsumer non-siklikal: -5.44 poin.

 

Di Asia, investor mencerna rilis data Neraca Perdagangan Jepang yang secara tak terduga mencatatkan surplus JPY 62.44 miliar di bulan September, dibandingkan defisit JPY 2.1 miliar di periode yang sama tahun lalu.

 

Ini adalah surplus Neraca Perdagangan yang pertama dalam tiga bulan terakhir, seiring dengan kenaikan 4.3% Y/Y pada ekspor menutupi kontraksi 16.3% Y/Y pada impor yang dipicu oleh penurunan harga bahan energi.

 

Bank sentral Korea Selatan atau Bank of Korea (BOK), sesuai ekspektasi, mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Repurchase Rate selama enam bulan beruntun di 3.5%, di tengah tingginya harga minyak mentah, pembengkakan beban utang rumah tangga, dan upaya mengawal momentum ekonomi.

 

Tingkat Pengangguran Australia secara mengejutkan berada di level terendah dalam tiga bulan, yaitu 3.6% bulan lalu, turun tipis dari 3.7% di bulan Agustus dan lebih rendah dari konsensus pasar yang berada di 3.7%.

 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan BI7DRRR sebesar 25 bps menjadi 6%. Ini adalah kenaikan pertama sejak bulan Januari 2023, karena BI berusaha menstabilkan nilai tukar USD/IDR di tengah tingginya ketidakpastian global.