EmitenNews.com - Pemerintah memulai skrining kesehatan gratis bulan depan. Sebanyak 30.000 fasilitas kesehatan (faskes) disiapkan untuk menjalankan program pemeriksaan kesehatan yang menyasar bayi baru lahir, balita, orang dewasa, dan lansia itu. Program ini, bertujuan mendeteksi dan menangani masalah kesehatan mental. Data menunjukkan 1 dari 10 orang mengalami gangguan mental seperti anxiety, depresi, atau bipolar. 

"Sebanyak 30.000 faskes itu terdiri atas 10.000 puskesmas dan 20.000 klinik swasta yang diperuntukkan untuk melayani bayi baru lahir, balita, orang dewasa, dan lansia," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Kamis (16/1/2025). 

Penting dicatat, pemeriksaan kesehatan bertepatan dengan ulang tahun penerima itu, berbeda dengan medical check up (MCU) yang dilakukan di rumah sakit umum. 

Menkes menjelaskan bahwa program skrining ini sangat mendasar untuk menyasar masyarakat yang selama ini belum pernah melakukan tes kesehatan. Data yang ada menunjukkan, terdapat sebanyak 66 juta orang yang mengalami tekanan darah tinggi di Indonesia.

"Yang sebenarnya penyakit paling banyak bikin wafat 1,5 orang Indonesia wafat tiap tahun karena stroke dan sakit jantung," ujar Budi Gunadi Sadikin.

Bila darah tinggi ini terus dibiarkan, maka tiga sampai empat tahun bisa berdampak terhadap sejumlah penyakit, seperti stroke, jantung, ginjal, gula, dan bisa berdampak terhadap kesehatan mata. 

"Kalau kita bisa cegah gula dan hipertensi sejak dini insyaallah kita tidak kena stroke, enggak kena cuci darah, enggak kena mata," kata Menkes. 

Penting diketahui program pemeriksaan kesehatan gratis ini, bertujuan mendeteksi dan menangani masalah kesehatan mental yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. Padahal, data menunjukkan 1 dari 10 orang mengalami gangguan mental seperti anxiety, depresi, atau bipolar, sama seperti penyakit jantung. 

“Ini perlu penanganan serius. Saya akui, masalah penyakit mental selama ini kurang tersentuh," kata Menteri Budi.

Skrining kesehatan mental ini akan dilakukan pertama kalinya di Indonesia melalui sekolah, komunitas dewasa, hingga kelompok lansia. "Skrining ini berbentuk kuesioner untuk mengidentifikasi gangguan mental sejak dini. Kita lakukan di sekolah, pada orang dewasa, dan lansia, karena selama ini mereka tidak pernah dipotret secara sistematis.”

Menkes Budi mengungkapkan, ide program ini muncul setelah mendengar kasus bullying di Universitas Diponegoro (Undip) yang berdampak pada kesehatan mental mahasiswa. Ia mengaku kaget ketika menemukan data bahwa 13 persen dokter peserta PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) pernah berniat bunuh diri. 

"Angka depresi juga sangat tinggi, bahkan pada kelompok terpelajar. Ini membuktikan bahwa gangguan mental tidak memandang status sosial atau pendidikan,” ungkap mantan wakil menteri BUMN itu.

Dari estimasi Kementerian Kesehatan, sekitar 30 persen dari populasi Indonesia, dari 280 juta masyarakat, berpotensi mengalami gangguan mental yang memerlukan perhatian. Ini angka yang sangat besar, dan skrining ini menjadi langkah awal untuk mengetahui dan menangani masalah ini. ***