EmitenNews.com -Di tengah riuhnya pasar keuangan yang bergerak cepat, paradoks muncul: semakin banyak investor yang justru memilih untuk "santai" dalam berinvestasi, sebuah pendekatan yang dikenal sebagai lazy investing. Alih-alih terpaku pada layar memantau pergerakan harga saham setiap detik dan tergoda untuk terus melakukan trading aktif, strategi ini justru mengedepankan kesederhanaan, penyebaran risiko, dan kesabaran dalam jangka panjang.

Mengupas Filosofi Lazy Investing

Inti dari lazy investing adalah kesadaran bahwa pasar saham bukanlah arena ramalan masa depan. Berusaha menebak-nebak waktu yang tepat untuk masuk dan keluar pasar (market timing) ibarat bermain tebak buah manggis—seringkali meleset dan justru menghasilkan keuntungan yang lebih rendah dibanding strategi investasi jangka panjang yang sederhana.

Pendekatan ini bertumpu pada beberapa pilar utama:

  • Diversifikasi Ala Payung Hukum: Bukannya memilih "jagoan" saham tertentu atau sektor yang lagi hot, lazy investing menganjurkan investor untuk menyebar investasinya seluas mungkin. Caranya? Lewat instrumen seperti reksa dana indeks atau ETF (Exchange Traded Funds) yang ibarat "keranjang" berisi seluruh saham di pasar. Diversifikasi ini bak payung hukum, melindungi portofolio dari risiko anjloknya satu saham atau sektor tertentu, sekaligus memastikan investor ikut menikmati manisnya pertumbuhan pasar secara keseluruhan.
  • Biaya Investasi Secuwil Mungkin: Prinsip lazy investing adalah mencari instrumen investasi yang "murah meriah", contohnya reksa dana indeks dengan biaya pengelolaan yang minimal. Ibarat pepatah, "sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit", biaya yang rendah ini akan sangat terasa dampaknya dalam jangka panjang, karena keuntungan investasi tidak tergerus biaya yang besar.
  • Sabar adalah Kunci, Investasi Jangka Panjang adalah Jawaban: Lazy investing adalah maraton investasi, bukan sprint. Horizon investasinya panjang, bahkan bisa puluhan tahun. Investor lazy investing tidak mudah panik saat pasar bergejolak—anggap saja ombak kecil di lautan luas. Mereka tetap tenang berinvestasi secara rutin dan yakin bahwa pasar akan kembali pulih dan terus tumbuh dalam jangka panjang. Mereka paham betul, naik turun pasar itu wajar, dan justru saat pasar "diskon" adalah saat yang tepat untuk menambah aset berkualitas dengan harga miring.
  • Otomatisasi: Investasi Tanpa Mikir: Supaya disiplin dan konsisten, lazy investing seringkali memanfaatkan sistem otomatisasi. Misalnya, dengan mengatur transfer otomatis bulanan dari rekening bank ke reksa dana indeks. Otomatisasi ini ampuh menghilangkan godaan untuk trading impulsif yang seringkali dipicu oleh emosi sesaat, dan memastikan investasi tetap berjalan sesuai rel yang sudah ditetapkan.

Mengapa Lazy Investing Dianggap Lebih Tokcer?

Ada beberapa alasan mengapa lazy investing dianggap lebih ampuh daripada trading aktif yang

penuh drama:

  • "Mengalahkan" Para Jagoan Pasar: Faktanya, mayoritas manajer investasi profesional yang digaji mahal untuk melakukan trading aktif, justru kesulitan mengungguli kinerja indeks pasar saham dalam jangka panjang. Lazy investing dengan reksa dana indeks, secara otomatis mengikuti pergerakan pasar, sehingga investor berpotensi meraih imbal hasil yang setara, bahkan lebih baik dari rata-rata kinerja para "jagoan" pasar tersebut.
  • Menghindari "Biaya Siluman" Investasi: Trading aktif itu boros biaya. Ada biaya transaksi yang seringkali tidak kecil, pajak keuntungan modal jangka pendek yang lebih tinggi, dan biaya pengelolaan investasi yang lebih mahal. Lazy investing dengan instrumen berbiaya rendah memangkas habis "biaya siluman" ini, sehingga keuntungan bersih yang didapat investor jadi lebih maksimal.
  • Investasi Minim Stres, Hati Lebih Tenang: Terus-terusan memelototi grafik pasar dan jantung berdebar setiap kali harga saham naik turun itu bikin stres. Lazy investing memberikan "ketenangan jiwa" bagi investor. Mereka tidak perlu panik saat pasar bergejolak sesaat, investasi pun jadi lebih nyaman dan bisa dijalani terus-menerus.
  • Waktu Lebih Berharga dari Emas: Dengan lazy investing, investor tidak perlu pusing tujuh keliling melakukan riset saham, analisis teknikal yang rumit, atau memantau berita pasar setiap hari. Waktu yang berharga ini bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup, seperti keluarga, mengembangkan karier, atau menekuni hobi.

Langkah Praktis Menerapkan Lazy Investing

Tertarik mencoba lazy investing? Berikut langkah-langkah sederhananya:

  1. Buka Rekening Investasi Online: Pilih platform investasi online yang menyediakan akses ke reksa dana indeks atau ETF dengan biaya yang bersahabat.
  2. Tentukan Komposisi Portofolio: Putuskan berapa persen dana investasi yang akan dialokasikan ke saham dan obligasi. Sesuaikan dengan profil risiko dan jangka waktu investasi Anda. Untuk investasi jangka panjang, alokasi saham yang lebih besar umumnya lebih disarankan.
  3. Pilih "Keranjang" Investasi yang Tepat: Pilih reksa dana indeks atau ETF yang mencerminkan indeks pasar saham yang luas. Misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk pasar saham Indonesia, atau S&P 500 untuk pasar saham Amerika Serikat.
  4. Siapkan "Investasi Otomatis": Atur sistem investasi otomatis secara rutin, misalnya setiap bulan atau periode tertentu, dengan nominal yang konsisten.
  5. "Lupakan" Portofolio, Pantau Sesekali: Setelah investasi berjalan, tahan godaan untuk terus menerus memantau pasar atau melakukan trading impulsif. Cukup pantau kinerja portofolio secara berkala, misalnya setahun sekali, untuk memastikan komposisi aset masih sesuai dengan rencana awal.

Santai Bukan Berarti Tanpa Hasil

Lazy investing membuktikan bahwa investasi tidak harus rumit dan menegangkan. Dengan pendekatan yang sederhana, efektif, dan berkelanjutan, investor dapat membangun kekayaan jangka panjang di pasar saham. Kuncinya adalah diversifikasi, biaya rendah, kesabaran, dan disiplin. Bagi mereka yang mencari cara investasi yang anti-ribet namun berpotensi memberikan hasil optimal dalam jangka panjang, lazy investing adalah pilihan yang menarik untuk dipertimbangkan.