EmitenNews.com -Tanpa sorotan besar media atau pengumuman yang bombastis, beberapa tahun terakhir ini, investor asing mulai mem-banderol kepemilikan saham di bursa Indonesia. Melalui metode akumulasi bertahap, private placement ataupun peran nominee lokal, mereka masuk ke sektor-sektor strategis seperti pelabuhan, pariwisata digital, perdagangan sarang walet, kendaraan listrik hingga yang teranyar rencana negosiasi pengambilalihan 563.580.144 lembar saham PT Sumber Mas Konstruksi (SMKM) atau setara 44,98 % dari modal ditempatkan dan disetor penuh, yang dimiliki oleh PT Vina Nauli Jordania.

Direktur Lim Shrimp Org Pte Ltd, Chong Chee Hoong dalam Pengumuman Negosiasi Rencana Pengambilalihan PT Sumber Mas Konstruksi Tbk menegaskan bahwa perusahaan akan menjadi pengendali baru setelah transaksi selesai.

Apakah ini sekadar ekspansi bisnis biasa, ataukah bagian dari strategi geopolitik ekonomi jangka panjang? Lalu bagaimana dampaknya terhadap kedaulatan ekonomi Indonesia? Praktik yang terjadi dengan nyaris tanpa hambatan ini seakan mengisyaratkan banyaknya celah regulasi dalam aksi pembelian saham emiten di Indonesia oleh entitas asing.

  1. Akuisisi PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT)

Pada November 2023, China Merchants Port Holdings mengakuisisi 51% saham PT Nusantara Pelabuhan Handal (PORT) dari PT Episenta Utama Investasi, entitas milik Boy Thohir, dengan nilai transaksi USD 61,2 juta. Transaksi ini tak hanya mengalihkan kepemilikan mayoritas pelabuhan strategis, namun juga membuka jalan integrasi dengan jaringan logistik China di Asia Tenggara. Menariknya, transaksi ini tidak melalui skema tender offer terbuka seperti umumnya, tetapi lewat transaksi private antar entitas.

  1. Masuknya Xiamen Yan Palace ke PT Esta Indonesia Tbk (NEST)

Pada kuartal pertama 2025, perusahaan China produsen sarang burung walet Xiamen Yan Palace Bird’s Nest Industry Co Ltd membeli 8,2 juta saham NEST di pasar terbuka. Meski hanya sekitar 5% kepemilikan, tren ini mencerminkan arah investasi yang menyasar sektor ekspor khas Indonesia dengan margin tinggi.

  1. Akuisisi PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO)

Setelah melalui proses panjang, akuisisi mayoritas saham PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) akhirnya rampung pada 31 Juli 2025. Perusahaan investasi asal Tiongkok Zheng Yuan Investment Pte. Ltd., melalui anak usaha PT Batu Investasi Indonesia (dulu bernama Zhengyu Global), mengambil alih 493.088.500 saham atau sekitar 61,69 % dari total modal ditempatkan dan disetor penuh PGJO. Dengan demikian Batu Investasi Indonesia resmi menjadi pengendali baru PGJO dan sesuai ketentuan POJK No. 9/POJK.04/2018, wajib melakukan tender offer atas sisa saham publik.

Menariknya, harga akuisisi berada jauh di bawah harga pasar PGJO saat itu sehingga memunculkan kontroversi di kalangan investor minoritas. Masuknya pengendali baru mengindikasikan bahwa PGJO akan diintegrasikan ke dalam ekosistem digital pariwisata milik konsorsium asing, membuka potensi penguasaan data mobilitas wisatawan dan algoritma rute wisata domestik. Selain itu, kabar tender offer memicu reli harga yang membuat saham PGJO sempat menyentuh batas auto reject atas.

  1. Arah Baru Bisnis PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA)

RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang digelar 26 Agustus 2025 telah memenuhi kuorum dengan kehadiran pemegang saham mewakili 1.193.170.052 saham (71,71 %)—menandakan telah terpenuhinya legal formalitas penyelesaian transaksi akuisisi oleh Rich Step International Ltd. KRYA kini resmi masuk ke ranah pengembangan kendaraan listrik melalui akuisisi 51 % saham di PT Green City Traffic (GCT), produsen sepeda motor listrik merek ECGO—dengan tujuan transformasi menyeluruh ke EV, skema sewa, dan baterai swap. Perusahaan menargetkan penjualan 1 juta unit motor listrik dalam lima tahun dan pengurangan emisi hingga 3,78 juta ton CO2 per tahun, serta potensi penghematan Rp 5,9 triliun subsidi.

Dibalik narasi hijau tersebut, banyak analis menyoroti implikasi kedaulatan energi. Konsolidasi KRYA di tangan konsorsium asing berpotensi menjadikan rantai pasok baterai dan motor listrik Indonesia semakin terikat dengan teknologi dan pembiayaan luar negeri. Dengan kapitalisasi pasar yang masih mini, harga saham KRYA telah melonjak >300% dalam setahun terakhir.

  1. Investor Singapura Siap Ambil Alih PT Sumber Mas Kostruksi Tbk (SMKM)

Pada 18 September 2025, manajemen SMKM melalui keterbukaan informasi kepada BEI melaporkan adanya negosiasi pengambilalihan saham oleh Lim Shrimp Org Pte. Ltd., sebuah perusahaan konstruksi dan pengembangan budidaya perikanan yang berbasis di Singapura.

SMKM melantai di BEI pada 9 Maret 2022 dengan harga IPO Rp264 per saham. Perusahaan bergerak di bidang jasa konstruksi umum dan Juni 2025 lalu beredar rumor perusahaan tengah merencanakan penambahan modal melalui penerbitan 1,25 miliar saham baru (rights issue) untuk memperkuat struktur permodalan serta mendukung ekspansi usaha. Dana hasil rights issue direncanakan digunakan untuk modal kerja, pembiayaan operasional, dan pengembangan usaha. Apabila akuisisi oleh investor asing terjadi sebelum rights issue, pengendali baru berpotensi meningkatkan porsi kepemilikan melalui partisipasi dalam HMETD; sebaliknya, apabila rights issue berlangsung terlebih dahulu, ada kemungkinan terjadi dilusi sehingga nilai kepemilikan 44,98 % menjadi berubah.

Sejak listing, saham SMKM menunjukkan volatilitas tinggi. Pada Maret 2023, harga saham naik sekitar 224 % dari harga IPO karena akumulasi pembelian oleh investor asing, termasuk melalui broker UBS AG London dan JP Morgan. Data Bursa Efek Indonesia mencatat nilai beli bersih asing mencapai Rp19,49 miliar dalam sebulan. Lonjakan ini mencerminkan minat asing terhadap prospek perusahaan; namun, akumulasi bertahap juga dapat menjadi bagian dari strategi “silent accumulation” untuk memperoleh pengaruh sebelum akuisisi formal.

Strategi Senyap: Pola Akuisisi yang Tidak Kasatmata

Alih-alih melakukan pengambilalihan secara agresif, perusahaan asing kerap memilih strategi "silent accumulation". Polanya meliputi:

  • Private Placement & Pembelian Bertahap

Alih-alih membeli mayoritas secara langsung, saham diakumulasi sedikit demi sedikit agar tidak memicu mekanisme tender offer atau pengawasan merger yang ketat.

  • Gunakan Nominee Lokal atau Entitas Cangkang

Untuk menyesuaikan regulasi PMA, investor asing kadang menggunakan perusahaan lokal sebagai pemegang saham perantara. Ini menyamarkan pengendalian de facto.

  • Fokus ke Sektor Strategis

Target akuisisi berada di sektor yang terhubung langsung dengan rantai pasok global China: pelabuhan, logistik, komoditas ekspor, dan digitalisasi.