The Fed Longgarkan Moneter, Purbaya Perkuat Likuiditas: Tanda Bullish?

ilustrasi bullish vs bearish. Dok/EmitenNews
BRI, sebagai bank dengan porsi penyaluran kredit UMKM terbesar, mendapat jatah Rp55 triliun. Ini bukan hanya soal mendukung pertumbuhan ekonomi, tapi juga meningkatkan fundamental bank-bank besar yang sahamnya menjadi incaran investor asing.
Kebijakan ini memunculkan narasi bahwa pemerintah RI tidak hanya menunggu arus modal asing masuk, tetapi juga menyiapkan fondasi likuiditas domestik untuk menopang pertumbuhan ekonomi dari sisi kredit.
Sektor-Sektor yang Diuntungkan: Perbankan & Properti Jadi Primadona
Jika arus modal asing benar-benar deras masuk, sektor perbankan jelas menjadi primadona pertama. Selain fundamental kuat, bank-bank besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA punya kapasitas menyerap dana murah untuk ekspansi kredit.
Sektor properti juga akan ikut diuntungkan. Penurunan suku bunga berarti biaya KPR lebih murah, daya beli masyarakat meningkat, dan proyek pengembang bisa berjalan lebih agresif. Saham-saham seperti CTRA, PWON, dan BSDE berpotensi mendapatkan re-rating dari analis.
Risiko yang Perlu Diwaspadai Investor
Meski sentimen positif mendominasi, investor tidak boleh abai terhadap risiko. Beberapa di antaranya:
Profit-taking asing: Setelah reli singkat, aksi jual bisa menekan IHSG kembali di bawah 8.000.
Data ekonomi AS: Jika inflasi AS kembali memanas, The Fed bisa menahan pemangkasan suku bunga berikutnya.
Ketidakpastian global: Geopolitik, harga komoditas, dan perlambatan ekonomi China tetap menjadi faktor risiko.
Strategi Investor Saham: Momentum atau Fundamental?
Bagi investor ritel, momentum dari pemangkasan suku bunga The Fed bisa dimanfaatkan untuk swing trade di saham-saham likuid. Namun, untuk jangka menengah-panjang, fokus tetap pada saham dengan fundamental kuat seperti BBRI, BMRI, dan sektor konsumer.
Kombinasi top-down analysis (melihat kebijakan global & domestik) dengan bottom-up analysis (memilih emiten berfundamental baik) menjadi kunci agar investor tidak terjebak euforia sesaat.
Kesimpulan: Era Uang Murah Kembali?
Keputusan The Fed memangkas suku bunga membuka peluang bagi era likuiditas longgar kembali hadir di pasar global. Bagi Indonesia, momentum ini diperkuat oleh kebijakan eksentrik Menkeu Purbaya dan potensi pelonggaran moneter dari BI.
Investor saham Indonesia harus memanfaatkan sentimen positif ini dengan tetap memperhatikan risiko jangka pendek. Sektor perbankan dan properti jelas menjadi sorotan utama, tetapi disiplin manajemen risiko tetap diperlukan agar keuntungan tidak tergerus koreksi mendadak.
Related News

IHSG Sering Turun di September: Apakah Ada Pola yang Bisa Diprediksi?

“Purbayanomics” dan Pasar Saham Kita

Strategi Senyap Investor Asing Menguasai Emiten di BEI

Mengelola Emosi dalam Investasi: Menjadi Investor yang Tahan Banting

Bank Himbara Raih Suntikan Rp200T, Investor Antusias IHSG Tancap Gas

Investor Tanpa Fundamental: Era Baru Tebak-Tebakan Berskala Nasional