Merasakan Bumi Makin Panas, Mari Dengar Keterangan BMKG

Ilustrasi bumi terasa semakin panas. dok. Radar Jombang.
EmitenNews.com - Jika akhir-akhir ini Anda merasakan suasana yang lebih panas, atau bumi terasa makin panas, coba dengar keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan, Indonesia kini berada di titik kritis dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim yang semakin ekstrem itu, memicu krisis air dan ketahanan pangan di Indonesia.
Dalam keterangannya yang dikutip Jumat (9/5/2025), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, suhu bumi terus mengalami peningkatan. Bahkan, dalam kesempatan lain, Dwikorita mengatakan, tahun 2024 resmi menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan instrumental.
BMKG mencatat, suhu rata-rata global mencapai 1,55°C di atas tingkat pra-industri. Itu melampaui batas ambang Perjanjian Paris yang telah disepakati secara global untuk mencegah krisis iklim.
"Kenaikan suhu rata-rata yang tercatat pada 2024 sebesar 27,52°C, dengan anomali suhu tahunan mencapai +0,81°C dibandingkan periode normal, menunjukkan adanya tren pemanasan global yang mengkhawatirkan," kata Dwikora Karnawati dalam Talkshow Kongres Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI) dan Gerakan Pemanenan Air Hujan Indonesia (GMHI) 2025, Rabu (7/5/2025).
Indonesia, tidak terkecuali, juga mengalami peningkatan suhu udara. Sebagian besar wilayah di RI mengalami suhu yang hampir selalu berada di atas persentil ke-95 sepanjang tahun. Artinya, suhu lebih tinggi dari 95% hari lainnya sepanjang tahun.
Satu hal, kenaikan suhu ini tidak hanya terjadi di satu wilayah, tetapi merata di seluruh Indonesia. Kondisi itu berdampak besar terhadap ketersediaan air permukaan maupun air tanah.
Bahayanya, tren ini, menurut Dwikorita, berpotensi memperburuk dampak perubahan iklim, yang akan semakin terlihat dalam bentuk cuaca ekstrem, baik berupa banjir maupun kekeringan.
Perubahan suhu yang semakin tinggi dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, seperti banjir dan kekeringan, jelas mempengaruhi berbagai sektor. Termasuk ketahanan air dan pangan.
Nah, masalah besar yang kita hadapi adalah ketimpangan antara pasokan air yang berlimpah saat musim hujan, namun langka ketika dibutuhkan di musim kemarau.
Dwikorita Karnawati menyebutkan, ada dua solusi utama sebagai respons terhadap krisis air yang semakin memburuk. Yaitu, restorasi sungai dan pemanenan air hujan.
Laksanakan secara terkoordinasi berbasis data ilmiah
Penting dicatat, kedua solusi ini harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berbasis pada data ilmiah yang akurat. Tanpa adanya upaya yang serius dan terencana dalam mengelola sumber daya air, dampak perubahan iklim akan semakin dirasakan oleh masyarakat. Terutama mereka yang tinggal di wilayah-wilayah yang sudah mengalami kekurangan air bersih.
Ketahuilah, restorasi sungai dapat memperbaiki ekosistem sungai yang rusak, yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas sungai untuk menampung dan mengalirkan air dengan lebih baik.
Lalu, pemanenan air hujan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air, terutama di daerah-daerah yang rawan kekeringan. Dengan pemanenan air hujan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya air permukaan yang semakin terbatas akibat perubahan iklim.
Sebelumnya, Dwikorita mengingatkan, perubahan suhu yang terjadi saat ini jauh lebih cepat dibanding perubahan iklim yang pernah menyebabkan kepunahan massal jutaan tahun lalu.
Percepatan ini menjadi indikator serius akan krisis iklim yang tengah berlangsung. Tanpa upaya mitigasi yang kuat dan kolaboratif, perubahan suhu yang ekstrem ini berpotensi membawa dampak besar terhadap stabilitas ekosistem, ketahanan pangan, serta keselamatan umat manusia di berbagai belahan dunia.
"Ini bukan hanya soal cuaca panas. Ini adalah tanda bahwa kita sedang bergerak menuju titik kritis yang bisa mengancam keberlangsungan hidup manusia," kata Dwikorita Karnawati.
Related News

Kasus Korupsi-TPPU Duta Palma, Kejagung Sita Rp6,8T dan Uang Asing

Usut Kasus Korupsi di Telkomsigma, KPK Periksa Dirut GRC di Lapas

Dua Petinggi RS Abdi Waluyo Dilaporkan ke Polisi, Soal Warisan Rp9T

Indonesia akan Setop Impor BBM dari Singapura, Pilih dari Amerika

SUN Energy dan Bekasi Power Kerja Sama Eksklusif Pengembangan PLTS

Presiden Bentuk Satgas Kopdes Merah Putih, Cek Uraian Tugasnya