“Biasanya orang membeli tenun untuk acara selamatan, pernikahan, sunatan, gunting rambut,” tambah Srilawati.


Pembeli lebih banyak dari Brunei Darussalam

Srilawati mengungkapkan pengalamannya menjual songket. Walau ada pembeli lokal dari Pulau Sumatera dan Kota Pontianak, tetapi pembeli paling ramai datang dari Brunei. Pembeli asal Brunei membeli songket di bulan Februari, Juli, dan Desember, karena menjadi hari besar bagi masyarakat Brunei.


“Yang ramai itu bulan 2, hari kebangsaan Brunei, lalu bulan 7, ulang tahun Sultan (Hassanal Bolkiah), dan bulan 12 biasa mereka dapat bonus akhir tahun. Bonus itu dibelanjakan songket,” ungkap Srilawati


Srilawati menuturkan penjualan terbesarnya hampir menyentuh 100 juta rupiah dengan satu pembeli dengan repeat order.


“Satu waktu langganan saya orang Brunei beli tiga kali. Sekali beli bawa pulang 20 – 30 helai. Pendapatan saya waktu itu hampir 100 juta hanya lewat dia seorang,” ucapnya.


Dampak pandemi covid-19

Srilawati menuturkan pendapatan masyarakat Desa Sumber Harapan dari tenun cukup tinggi sebelum ada pandemi covid-19. Hal itu didukung dengan harga tenun yang tinggi dan selalu didatangi peminat.


“Sebelum pandemi, pendapatan diatas jutaan rupiah, karena siang malam selalu ada yang datang ke galeri untuk membeli produk,” ungkap Srilawati.


Setelah pandemi hadir, berbagai pembatasan diberlakukan pemerintah berdampak pada pemasukan Srilawati.


“Sementara setelah (pandemi) covid-19, lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan. Seminggu sekali baru ada yang beli,” keluh Srilawati.


Ongkos kirim

Udin, suami Srilawati, menjelaskan ongkos pengiriman ke luar negeri termasuk lebih tinggi dari biasanya di masa pandemi. 


“Hanya 7 helai dengan berat 3,5 kilogram kena harga 1,9 juta rupiah,” ujar Udin sambil memperlihatkan rincian biaya pengiriman.


Udin menjelaskan sistem ongkos kirim tergantung dari pembeli. 

“Kadang setengah – setengah, kadang kita yang tanggung ongkosnya. Tapi kalau kita yang nanggung, kita up harga untuk nutup biaya” tambah Udin.


Untuk pengirimannya, Udin menitipkan kepada driver taksi kenalannya sesama warga Desa Sumber Harapan sampai ke tempat ekspedisi di Pontianak dengan membayar 200 ribu rupiah. Dari ibukota Kalimantan Barat, baru dikirim ke luar negeri sesuai alamat pembeli.